Epidemiologi - ilmu yang mempelajari populasi penyakit dalam populasi tanaman inang dalam ruang dan waktu yang sama. Proses terjadinya epidemi penyakit pada populasi inang memerlukan jangka waktu tertentu. Oleh karena itu dalam jangka waktu tersebut terjadi interaksi antara patogen dan tanaman inang. Interaksi selama itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mendukung maupun menghambat proses terjadinya epidemi, diantaranya disebabkan oleh faktor ketahanan tanaman inang, virulensi patogen, dan lingkungan baik makro maupun mikro. Faktor ketahanan inang diperoleh dari jenis varietas tanaman maupun umur tanaman, sedangkan virulensi patogen dipengaruhi oleh jenis atau ras patogen. Disamping itu kondisi lingkungan seperti kelembaban udara, intensitas matahari, shuhu dan curah hujan dapat memicu terjadinya epidemi.
Laju Infeksi Penyakit
Proses epidemi yang terjadi pada suatu luasan dapat diukur dengan menggunakan laju infeksi. Laju infeksi merupakan percepatan infeksi yang diukur dari perbedaan luas infeksi pada saat pengamatan awal dengan infeksi pada saat akhir pengamatan per satuan rentang waktu pengamatan. Laju infeksi dapat cepat dengan semakin rentan tanaman inang terinfeksi penyakit yang ditunjukkan dengan tingkat serangan (disease severity) atau besar terjadinya penyakit (disease incidence). Disamping itu semakin virulen patogen pada suatu jenis inang, semakin besar laju infeksi. Laju infeksi dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Interaksi yang menyebakan tinggi rendahnya laju infeksi dapat digambarkan oleh segitiga penyakit. Dalam epidemiologi interaksi tersebut tampak dari definisi epidemiologi bahwa studi kuantitatif tentang perkembangan penyakit dalam ruang dan dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat interaksi antara populasi inang-patogen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, biotik dan manusia.
Terdapat tiga variabel pengamatan terhadap perkembangan penyakit, yaitu proporsi akhir penyakit, luas daerah di bawah kurva perkembangan penyakit, dan laju infeksi nyata. Berikut dilakukan perbandingan epidemik dilihat dari pengaruh ketahanan inang dan perlakuan fungisida.
Beberapa Contoh Studi Kasus
1. Bila kehilangan hasil total sepanjang musim lebih penting daripada jumlah penyakit pada akhir musim, maka paling tepat menggunakan pengukuran laju infeksi nyata (r) dengan formula, karena dapat diketahui laju perkembangan penyakit sepanjang musim, sejak pengamatan awal munculnya gejala sampai akhir pengamatan, bahkan diketahui perkembangan setiap waktu. Hal ini sekaligus dilakukan sebagai monitoring dan dapat dilakukan pengendalian yang sesuai dengan perkembangan penyakit, sehingga tidak berlebihan dan dapat mengurangi biaya penggunaan pestisida.
2. Jika jumlah penyakit yang ada pada waktu panen yang dipentingkan, maka pengukuran yang paling tepat digunakan untuk menguji dampak prosedur pengendalian adalah proporsi akhir penyakit (Xt). Pada akhir pengamatan (saat panen) dapat dihitung proporsi akhir penyakit tanpa menghitung r dan AUDPC. Xt yang rendah menunjukkan jumlah penyakit saat panen rendah dan demikian sebaliknya.
3. Contoh untuk masing-masing pengukuran, yaitu proporsi akhir penyakit (Xt), luas daerah di bawah kurva perkembangan penyakit (AUDPC), laju infeksi nyata (r), yang apabila hanya salah satu diketahui nampaknya tidak memberikan gambaran yang sebenarnya:
a. Proporsi akhir penyakit (Xt), misalnya menguji tingkat patogenisitas beberapa strain patogen didapatkan proporsi akhir penyakitnya sama (Xt sama). Dalam kasus ini tidak dapat disimpulkan bahwa semua strain patogen tersebut memiliki virulensi yang sama. Untuk lebih meyakinkan maka perlu juga dilakukan penghitungan AUDPC dan laju infeksi.
b. Luas daerah di bawah kurva perkembangan penyakit (AUDPC), untuk pengujian patogenisitas beberapa strain, jika semua strain memiliki AUDPC yang sama, belum bisa langsung disimpulkan sama tingkat patogenisitasnya. Hal ini dikarenakan dapat terjadi kemungkinan terdapat perbedaan inokulum awal (X0) maupun jumlah penyakit saat panen (Xt) dari setiap strain yang diamati.
c. Laju infeksi nyata (r), jika semua strain patogen memiliki r yang sama, tidak bisa langsung disimpulkan semua strain tingkat patogenisitasnya sama. Strain yang mempunyai r yang sama mungkin saja pada pengamatan terakhir proporsi penyakitnya berbeda. Oleh karena itu perlu dihitung nilai Xt dan AUDPC.
0 Response to "Pengertian Epidemiologi Tanaman dan Beberapa Contoh Studi Kasus"
Posting Komentar