Pengendalian Hayati terhadap Patogen Tanaman - merupakan penekanan sebagian atau seluruh populasi patogen oleh organisme lain. Mikroorganisme antagonis terdiri atas strain avirulen patogen yang sama, yang merusak atau menghambat perkembangan patogen tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, manusia telah mencoba memanfaatkan agens biologi alami tersebut dan mengembangkan strategi pengendalian hayati yang saat ini dapat digunakan secara efektif untuk mengatasi beberapa jenis penyakit tumbuhan.
Pengendalian penyakit tanaman dengan agens pengendali hayati muncul karena kekhawatiran masyarakat dunia akibat penggunaan pestisida kimia sintetis. Adanya kekhawatiran tersebut membuat pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan cara mengendalikan patogen tanaman yang harus dipertimbangkan.
Keunggulan Agens Hayati
Penggunaan agens pengendali hayati dalam pengendalian penyakit tanaman mempunyai beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut :
1. tidak berdampak negatif terhadap lingkungan
2. tidak memusnahkan musuh alami bagi patogen tertentu
3. mencegah timbulnya ledakan penyakit sekunder
4. produk bebas residu pestisida sehingga mutu lebih baik
5. tidak mengganggu kesehatan manusia
6. terdapat di sekitar areal pertanaman sehingga mencegah ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis
7. dapat menurunkan biaya produksi karena aplikasi dapat dilakukan sekali dalam satu musim tanam.
Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis membuktikan bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agens hayati. Bakteri antagonis tersebut selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor, juga dapat berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri antagonis dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan.
Mekanisme Kerja Agens Hayati
Agens pengendali hayati secara umum memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui antibiotik yang dihasilkannya, kompetisi terhadap nutrisi, atau parasitisme langsung terhadap patogen. Agens pengendali hayati tidak memberi peluang pada patogen untuk mencapai populasi yang cukup tinggi hingga dapat menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang tinggi.
Penggunaan agens hayati untuk mengendalikan hama ataupun patogen yang menyerang tanaman budidaya terus dilakukan, baik didalam negeri maupun diluar negeri. Agens hayati tersebut diantaranya adalah Trichoderma spp., Metharhizium anisopliae, Beauveria bassiana, Verticillium sp, Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis dan sebagainya, merupakan agens hayati yang banyak digunakan dalam tindakan pengendalian ataupun digunakan dalam penelitian.
Pengembangan Agens Hayati
Agens hayati yang akan dikembangkan merupakan mikroorganisme yang diperoleh dari hasil eksplorasi dalam tanah, air, jaringan tanaman baik mikroorganisme yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan maupun kompetisi dengan patogen penyebab penyakit tertentu. Agens hayati yang akan dikembangkan diperoleh dengan melakukan isolasi agens hayati yang diinginkan dengan tujuan untuk memurnikan agens hayati tersebut dari mikroorganisme lain yang tidak diinginkan.
Agens hayati yang akan dikembangkan terlebih dahulu harus diketahui manfaatnya, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengujian untuk mengetahui tingkat efektivitasnya. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah agens hayati tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap manusia atau tidak.
Tahapan Pengembangan Agens Hayati
Tahap pertama dalam pengembangan agens hayati adalah seleksi agens hayati nonpatogen. Seleksi dilakukan dengan mengisolasi calon agens hayati dari populasi alaminya, seperti kelompok mikroba saprofit atau nonpatogen dari tanah atau bagian tanaman, atau mutan yang tidak patogen. Pada tahap seleksi awal ini, informasi tentang keefektifan dan identitas calon agens hayati perlu dikuasai dengan baik agar pengembangannya di masa akan datang tidak menjadi masalah.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Agens Hayati
Menurut Supriadi (2006), faktor awal yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan agens hayati untuk pengendalian patogen tanaman adalah ketepatan dalam pemilihan jenis dan sumber agens hayati yang akan dikembangkan. Jenis agens hayati yang umum dikembangkan adalah mikroba alami, baik yang hidup sebagai saprofit di dalam tanah, air dan bahan organik, maupun yang hidup di dalam jaringan tanaman (endofit) yang bersifat menghambat pertumbuhan dan berkompetisi dalam ruang dan nutrisi dengan patogen sasaran, atau bersifat menginduksi ketahanan tanaman.
0 Response to "Pengendalian Patogen Penyebab Penyakit Tanaman Menggunakan Agens Pengendali Hayati"
Posting Komentar