Adnow

loading...

Zoteromedia

Adsensecamp

Mekanisme Aktivitas Parasitisme dan Antibiosis Cendawan Patogen Penyebab Penyakit Tanaman

Parasitisme Trichoderma terhadap Sclerotium rolfsii - Secara in vitro Trichoderma sp. berperan sebagai mikoparasit dengan cara membelit miselia Sclerotium rolfsii, sehingga menyebabkan degradasi dan lisis miselium patogen. Hal ini menunjukkan Trichoderma sp. tersebut mampu memanfaatkan nutrisi, ruang dan tempat tumbuh, serta mampu menghasilkan senyawa antibiosis yang menyebabkan terhambatnya perkembangan patogen S. rolfsii (Supriati et al. 2005). 


Supriati (2010) melakukan pengamatan secara mikroskopis terhadap miselia S. rolfsii yang dioposisikan dengan isolat Trichoderma sp. memperlihatkan pertumbuhan miselia yang abnormal. Jarak antara sekat menjadi lebih pendek, pada ujung-ujung miselia yang tumbuh dekat koloni antagonis Trichoderma sp. mengalami malformasi bentuk menjadi seperti gada. Hal ini menunjukkan adanya antibiosis yang dihasilkan oleh Trichoderma sp. 

Sastrahidayat (1992) menyatakan Trichoderma bertindak sebagai parasit bagi cendawan lain dengan tumbuh mengelilingi miselium patogen dan menghasilkan enzim dari dinding miselia atau disebut dengan senyawa antibiosis yang dapat menghambat bahkan membunuh patogen. Ditambahkan pula oleh Nugroho et al. (2001) bahwa Trichoderma sp. menghasilkan zat antibiotik lain seperti trichotoxin yang dapat menyebabkan hifa patogen mengalami vakuolasi, koagulasi sitoplasma, dan hifa mengalami lisis. 

Selain itu Trichoderma dapat menghasilkan β 1-3 glukanase dan kitinase yang menyebabkan ekolisis atau hancurnya dinding sel patogen. Trichoderma juga menghasilkan zat toksik berupa senyawa antibiotik seperti trichodermin, suzukalin, dan alametisin yang bersifat anti cendawan dan bakteri (Elfina et al. 2001) 

Chet (1987) menyatakan parasitisme dari Trichoderma spp. merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri atas beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma spp. yaitu dengan cara hifa membelok ke arah cendawan patogen inang yang diserangnya. Hal ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik pada Trichoderma spp., karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh cendawan patogen inang. 

Ketika parasit mencapai inang, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), parasit ini juga dapat mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang. 

Chet (1987) menambahkan faktor-faktor yang menguatkan Trichoderma sp. sebagai salah satu agens pengendali hayati yaitu ditemukannya proses munculnya respon kemotropik dari Trichoderma spp., dipengaruhinya inang oleh cendawan parasit, ekskresi dari enzim ekstra seluler, dan terjadinya lisis pada inang. 

Pengujian Antibiosis Bacillus sp. terhadap Ralstonia solanacearum 

Pengujian antibiosis pada beberapa isolat Bacillus sp. terhadap bateri patogen Ralstonia solanacearum yang menyebabkan banyak penyakit pada tanaman menunjukkan mekanisme daya hambat agens antagonis Bacillus terhadap pertumbuhan patogen R. solanacearum. Penghitungan kepadatan populasi beberapa isolat Bacillus sp. menunjukkan kemampuan tumbuh agens antagonis yang akan digunakan untuk pengujian dual kultur dengan bakteri patogen. Koloni dari isolat Bacillus sp. memiliki morfologi bulat dengan tepi halus dan berwarna krem. 

Bacillus subtilis sangat dikenal sebagai bakteri pembentuk endospora yang memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik sebagai struktur bertahan. Dengan demikian endospora yang terbentuk dapat digunakan sebagai material bakteri inaktif yang bisa diformulasikan pada berbagai bahan pembawa. Media pembawa ini juga bisa berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi spora bakteri saat berkecambah jika kondisi lingkungan memungkinkan perkecambahan spora sesaat setelah aplikasi. 

Penghitungan kepadatan populasi sangat penting untuk menentukan keefektifan dan identitas agens antagonis yang digunakan. Koloni bakteri membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungannya (media tumbuh). Setelah mampu untuk beradaptasi dengan baik, maka populasi akan cenderung stabil. 

Populasi spora dari Bacillus yang tumbuh pada minggu ke-0 merupakan kumpulan dari spora yang masih muda, setengah matang, dan matang. Pengamatan pada beberapa minggu kemudian menunjukkan populasi spora sudah stabil. Hal ini disebabkan spora yang terbentuk merupakan kumpulan spora yang sudah matang atau spora yang sesungguhnya, sehingga mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan (media tumbuh). 

Penggunaan Bacillus sebagai agens hayati sudah banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan kelompok bakteri ini menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang dapat menekan patogen (Backman et al. 1994), berupa bacitracin, basilin, basilomisin B, difisidin, oksidifisidin, lesitinase subtilisin, dan iturin A (Szczech dan Shoda 2006).

0 Response to "Mekanisme Aktivitas Parasitisme dan Antibiosis Cendawan Patogen Penyebab Penyakit Tanaman"

Posting Komentar

  Yuuk Berbisnis Mudah dan Gratis
Buktikan Sendiri dengan Klik DISINI