Adnow

loading...

Zoteromedia

Adsensecamp

Proses Fiksasi dalam Pembuatan Preparat Histologis Hewan dengan Metode Parafin

Pembuatan Preparat/Sediaan - Metode paraffin merupakan cara dalam pembuatan sediaan dengan menggunakan paraffin sebagai media embedding (penanaman). Embedding ini memudahkan dalam membuat irisan yang sangat tipis (10 mikrometer) dengan menggunakan mikrotom. Pengerjaan relatif lebih cepat dibandingkan metode yang lain dalam mempelajari jaringan (Botanika, 2008). 

Histoteknik adalah metode atau cara/proses untuk membuat sajian histologi dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap untuk diamati atau dianalisa. Jaringan dapat diambil dari hewan yang difiksasi dalam keadaan hidup (fiksasi supra/ intravital) atau hewan yang telah mati (fiksasi emersi/rendam). Untuk sampel yang diambil dari hewan, maka hewan perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Hewan yang dipilih haruslah sehat, galurnya harus baik dan jelas, mempunyai status gizi yang baik dan dipelihara sesuai dengan syarat-syarat pemeliharaan hewan coba. Hewan yang digunakan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian dan pengajaran (Jusuf, 2009). 

Metode pembuatan sediaan dengan penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode embedding. Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Kelebihan metode ini adalah irisannya jauh lebih tipis dan prosedurnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan metode seliondin maupun metode beku. Alat pemotomg mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang berfungsi untuk mendorong maju blok preparat atau pisau (Pujawati, 2002). 

Tahapan Pembuatan Preparat Histologis

Proses pertama yang disiapkan dalam menyiapkan materi segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah kerusakan jaringan, menghentikan proses metabolisme secar cepat, mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan (Affuwa, 2007). 


Dasar dari pembuatan sajian histologi yang baik adalah melakukan fiksasi yang benar. Kesalahan yang dilakukan pada tahap fiksasi tidak akan pernah dapat diperbaiki lagi pada tahapan selanjutnya. Jadi hasil akhir sajian histologi yang baik sangat tergantung pada cara melakukan fiksasi dengan baik (Jusuf, 2009). Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif (Botanika, 2008). 

Menurut Jusuf (2009), tujuan dari fiksasi adalah untuk mengawetkan jaringan, yaitu mempertahankan susunan jaringan agar mendekati kondisi seperti sewaktu hidup, dan mengeraskan jaringan terutama jaringan lunak agar memudahkan pembuatan irisan tipis. Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses adalah sebagai berikut : 
1. Fiksasi akan menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman-kuman pembusuk yang berasal dari luar organ. Waktu pembusukan untuk setiap jaringan atau organ berbeda-beda tergantung kepada konsistensi dan kandungan unsur-unsur penyusun jaringan tersebut. 
2. Sel-sel dan jaringan diawetkan mendekati kondisinya seperti sewaktu hidup. 
3. Efek pengerasan akan mempermudah penangan jaringan lunak, misalnya otak 
4. Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (Sol) menjadi lebih padat (Gel) 
5. Fiksasi akan mengubah indeks refraksi berbagai unsur sel dan jaringan sehingga unsur-unsur yang belum diwarnai dapat dilihat dengan lebih mudah dibandingkan dengan jaringan yang belum difiksasi. 
6. Sebagian besar cairan fiksasi yang ada mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif jaringan. 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jaringan histologis adalah sebagai berikut :

1. Tebal irisan jaringan 3-5 mm sehingga cairan fiksasi dapat dengan cepat medmfiksasi seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal maka permukaan luarnya saja yang difiksasi dengan cukup baik, sedangkan bagian tengah jaringan sudah keburu membusuk sebelum cairan fiksasi sempat merembes ke sana. 

2. Volume cairan fiksasi sekurang-kurangnya harus 15-20x volume jaringan yang akan difiksasi. Besarnya volume jaringan menentukan volume fiksasi yang diperlukan sedangkan tebal jaringan menentukan kecepatan fiksasi. Panjang dan lebar jaringan umumnya ditentukan oleh jenis mikrotom yang akan digunakan. 

0 Response to "Proses Fiksasi dalam Pembuatan Preparat Histologis Hewan dengan Metode Parafin"

Posting Komentar

  Yuuk Berbisnis Mudah dan Gratis
Buktikan Sendiri dengan Klik DISINI