Adnow

loading...

Zoteromedia

Adsensecamp

Pengujian Viabilitas Benih Tanaman dengan Metode Inkubasi pada Berbagai Media

Berbagai Media Inkubasi Benih Tanaman - Pengujian viabilitas terhadap suatu varietas perlu dicari metode standar agar penilaian terhadap atribut perkecambahan dapat dilakukan dengan mudah. Kita mengenal beberapa metode pengujian yang dapat dipakai untuk menguji viabilitas, antara lain sebagai berikut:

  1. uji di atas kertas, pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya. 
  2. uji antar kertas, pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya. 
  3. uji kertas digulung didirikan, pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Metode ini dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya. 
  4. uji pada pasir, untuk pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah. (5) uji tetrazolium (Priandoko 2011),. 

Uji Tetrazolium 

Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Metode ini disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. 

Metode ini disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. 

Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal. 

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel. 

Uji tetrazolium dapat dilakukan dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam dengan larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan tetrazolium. sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan berwarna putih. 

Suatu pengujian perkecambahan di laboratorium mengukur proporsi benih yang mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati (Priandoko 2011). 

Pengujian Viabilitas Benih dengan Media Kertas 

Persyaratan media kertas untuk pengujian viabilitas antara lain harus memiliki kapasitas menahan air yang cukup selama periode pengujian benih untuk memastikan kontinuitas suplai air bagi pertumbuhan benih. Optimasi media terutama kelembabannya, selain ditentukan oleh jenis kertas dan ketebalannya (jumlah lembar kertas/unit media), juga ditentukan oleh ukuran benih yang akan diuji. Ukuran benih merupakan faktor penting karena jumlah air yang diperlukan untuk pertumbuhan benih berukuran besar berbeda dengan benih berukuran kecil (ISTA 2005). 

Al-Karki (1998) yang meneliti tentang pengaruh ukuran benih terhadap penyerapan air dan perkecambahan benih lentil (Lens cullinaris Medik.) menyatakan bahwa benih berukuran besar menyerap air lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan benih berukuran sedang dan kecil. Boyd dan Van Acker (2004) menambahkan bahwa kecepatan imbibisi dipengaruhi oleh ukuran benih dan difusivitas air ke dalam benih. 

Pengujian Viabilitas Benih dengan Media Agar 

Keunggulan metode agar dibandingkan dengan metode kertas hisap juga dilaporkan oleh Agarwal dan Sinclair (1987) yang menyatakan kedua metode inkubasi biasa digunakan dalam pengujian kesehatan benih, hanya metode agar mempunyai banyak keunggulan antara lain dapat mendeteksi koloni yang tumbuh dari mikroorganisme yang terbawa benih. 

Metode kertas hisap (blotter test) dan media agar digunakan secara luas untuk mendeteksi cendawan, karena prinsip metode tersebut memberikan kondisi optimal untuk struktur perkembangbiakan lain dari cendawan patogen terbawa benih. kelemahan metode kertas hisap adalah tingkat perkecambahan benih yang tinggi dan pertumbuhan saprofit yang cepat. Metode agar membutuhkan waktu dan biaya dalam menyiapkan media agar sehingga hanya digunakan untuk pengujian kesehatan benih yang sulit dideteksi dengan metode kertas hisap (Mathur et al. 1989). 

0 Response to "Pengujian Viabilitas Benih Tanaman dengan Metode Inkubasi pada Berbagai Media"

Posting Komentar

  Yuuk Berbisnis Mudah dan Gratis
Buktikan Sendiri dengan Klik DISINI