Viabilitas benih - merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, Selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Ernaningtyas 2012). Pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Priandoko 2011).
Selama penyimpanan, benih mengalami kemunduran viabilitas dan vigor, terutama berhubungan dengan kadar air benih. Tingkat kadar air aman untuk penyimpanan benih tergantung pada jenis benih, metode penyimpanan, dan lama penyimpanan (Harrington 1972). Penyimpanan yang lama memerlukan kadar air yang rendah untuk mempertahankan viabilitasnya.
Daya Kecambah Benih
Daya kecambah benih merupakan salah satu parameter yang bersifat langsung menggambarkan viabilitas benih. Oleh karena itu, daya kecambah benih dapat digunakan sebagai parameter untuk menetapkan umur simpan suatu benih dan untuk uji tingkat kadar air yang terbaik untuk penyimpanan. Penentuan umur simpan benih umumnya dilakukan secara empiris dengan percobaan menyimpan benih pada berbagai kondisi dan lama penyimpanan. Kemudian umur simpannya ditentukan berdasarkan mutu benih pada perlakuan umur simpan tertentu saat benih memenuhi persyaratan mutu standar atau yang masih dapat diterima. Parameter penting dalam pengujian umur simpan ialah kadar air awal benih dan jenis kemasan (Maryanto 1994), RH dan suhu ruang penyimpanan (Hartini 1997, Qodir 1985, Purwaningsih 1995) serta perlakuan invigorasi pada benih (Hartini 1997).
Secara morfologis sulit ditentukan kapan perkecambahan benih dan pertumbuhannya dimulai, keluarnya radikel dan plumula hanya sebagian hasil proses pertumbuhan yang telah terjadi sebelumnya (Kamil 1979). Tujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk menentukan potensi perkecambahan maksimal suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai pertanaman di lapang. Persentase daya berkecambah menunjukkan proporsi jumlah benih yang menghasilkan kecambah normal pada kondisi dan dalam periode pengujian tertentu (Ernaningtyas 2012).
Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium untuk menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan perkembangan struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sebaliknya, kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal (Sutopo 2002).
Penyimpanan Benih
Setelah panen, benih biasanya tidak langsung ditanam tetapi disimpan (Sadjad, 1980). Selama periode penyimpanan benih akan mengalami penuaan dan kemunduran. Sutakaria (1985) menyatakan bahwa di tempat penyimpanan, benih dapat berkurang daya berkecambahnya dan sering memperlihatkan gejala serangan cendawan. Darma dan Sumrahardi (2001) menambahkan penurunan daya berkecambah benih setelah penyimpanan. Salah satu penyebab penurunan daya adalah adanya aktivitas cendawan penyimpanan di dalam benih tersebut.
Pada penyimpanan kedap udara, panas yang dihasilkan dari proses respirasi terakumulasi dalam ruang simpan, sehingga mengakibatkan kenaikan suhu ruang simpan. Semakin meningkatnya suhu ruang simpan, maka laju proses biokimia dalam benih semakin tinggi (Justice dan Bass 1979), sehingga laju perombakan cadangan makanan dan laju respirasi menjadi lebih tinggi. Hal ini menyebabkan viabilitas benih semakin menurun. Penurunan viabilitas benih pada kadar air yang tinggi akan terjadi semakin besar dengan semakin lamanya benih disimpan, karena laju kemunduran benih berhubungan erat dengan lama penyimpanan.
Persentase daya berkecambah benih padi yang disimpan pada suhu ruang sedikit lebih tinggi dibandingkan daya kecambah benih padi yang disimpan pada desikator, yaitu 89.7% untuk penyimpanan selama 2 minggu dan 89.3% untuk penyimpanan selama 3 minggu. Hal ini disebabkan benih yang disimpan pada suhu ruang memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada benih yang disimpan dalam desikator, sehingga mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk melakukan perkecambahan.
0 Response to "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Tanaman dan Patogen Tanaman"
Posting Komentar