Sejarah Virus Tungro -Sejak tahun 1939 di Filipina terdapat beberapa macam penyakit yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan merahnya daun, tetapi tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Tahun 1938 di Malaysia timbul "penyakit merah" yang diduga disebabkan oleh kekurangan nitrogen, asam sulfida, atau karena asam-asam organik yang timbul karena dekomposisi gulma secara anaerob. Sejak tahun 1859 di Indonesia terdapat penyakit "mentek", yang diduga disebabkan oleh kekurangan oksigen atau kalium, karena akar-akar kurang berfungsi, dan cacing akar (nematoda). Pada tahun 1964 di Thailand dilaporkan terdapatnya penyakit yellow-orange leaf. Kemudian terbukti bahwa penyakit-penyakit tersebut ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix virescens, dan termasuk dalam penyakit tungro (Semangun, 1996).
Penyakit tungro di Indonesia menyebabkan gagalnya potensi hasil padi optimal suatu varietas, bahkan tidak akan diperoleh hasil apabila infeksi virus tungro terjadi sejak awal vegetatif atau tahap persemaian. Selama kurun waktu 5 tahun (1999-2004) di Sulawesi, serangan tungro mencapai 1680 ha dan serangan terluas terjadi di Polewali Mandar dan di Sulawesi Selatan yaitu Sidrap dan Pinrang. Polewali Mandar merupakan sentra produksi padi di Sulawesi Barat dan juga teratas untuk daerah endemik tungro (Muis et al., 1990).
Klasifikasi
Menurut International Committee on Taxonomy of Viruses (2009), klasifikasi Rice tungro spherical virus adalah sebagai berikut :
Kingdom : Virus
Ordo : Picornavirales
Family : Secoviridae
Genus : Waikavirus
Spesies : Rice tungro spherical virus
Menurut International Committee on Taxonomy of Viruses (2009), klasifikasi Rice tungro bacilliform virus adalah sebagai berikut :
Kingdom : Virus
Ordo : -
Family : Caulimoviridae
Genus : Tungrovirus
Spesies : Rice tungro bacilliform virus
Morfologi
Partikel basil RTBV berbentuk memanjang icosahedron dengan diameter 30 nm dan panjang kira-kira 130 nm, dengan isolat virus yang beragam (Herzog et al., 2000).
Rice tungro spherical virus termasuk dalam family Sequiviridae. RTSV bertindak sebagai helper virus untuk penularan RTBV (Choi et al., 2009). RTSV murni mengandung partikel isometrik yang berdiameter kira-kira 30 nm (Cabauatan and Hibino, 1988).
Komponen asam nukleat dan protein
Genom RTBV berupa molekul DNA untai ganda sirkuler yang berukuran kira-kira 8 kbp, mengandung dua bagian spesifik yang tidak terputus yang dihasilkan dari proses replikasi dengan transkripsi balik dan empat ORF (open reading frame) besar (Herzog et al., 2000). Genom RTBV menunjukkan suatu daerah yang sangat kokoh dalam domain fungsi ORF3, dan terdapat beberapa variasi dalam daerah kaya sistein, yang menunjukkan domain ini membawa perubahan adaptif (Choi et al., 2009).
Protein P1, P2, P3, dan P4 disintesis dengan mekanisme translasi khusus dari RNA pregenomik yang digunakan sebagai template untuk replikasi virus dan juga sebagai mRNA polisistronik. Peran P1 (24 kDa) dan P4 (46 kDa) masih belum diketahui. P3 merupakan poliprotein besar berukuran 194 kDa. Perbandingan sekuen dengan retrovirus dan protein pararetrovirus lainnya menunjukkan bahwa P3 mengandung domain yang bertanggungjawab untuk pergerakan protein (MP), protein selubung (CP) 37 kDa, aspartat protease (PR), reverse transcriptase (RT), dan RNase H (RH), berurutan dari N terminal ke C terminal. Protease virus sedikitnya bertanggung jawab untuk processing P3 (Herzog et al., 2000).
Penempatan domain yang berhubungan dengan pergerakan protein (MP), protein selubung (CP), aspartat protease (PR), reverse transcriptase (RT), dan RNase H (RH) di dalam polprtein P3. Domain yang fungsinya belum diketahui ditunjukkan dengan tanda tanya (?). Bagian lain dipisahkan dengan garis zigzag. Letak amino dan C-terminal pada CP (p37) dan RT (p55 dan p62). Lingkaran hitam menunjukkan letak zink finger motif pada CP (Herzog et al., 2000).
RTSV memiliki genom RNA untai tunggal poliadenilasi yang berjumlah 12 kb dan diselubungi dengan partikel isometrik. Genom mengkode ORF tunggal yang besar dari 3.473 asam amino (Shen et al, 1993). Strain RTSV tidak dapat diuji secara serologi, tetapi dapat dibedakan secara signifikan pada tingkat molekuler (Choi et., 2009). RTSV strain Vt6 memiliki tingkat virulensi yang lebih tinggi terhadap TKM6 (varietas padi yang rentan RTSV) dibandingkan dengan tipe strain dari Filipina (RTSV-A). Kedua strain ini dibedakan dengan 39 asam amino pada urutan awal N-terminal (Isogai et al., 2000).
0 Response to "Sejarah, Klasifikasi dan Morfologi Rice tungro virus"
Posting Komentar