Ultisol - Tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Permasalahan umum pada tanah ultisol yang berasal dari batuan sedimen masam adalah reaksi tanah masam, kandungan bahan organik rendah, ketersediaan dan cadangan hara rendah, serta kejenuhan Al tinggi.
Tindakan praktis untuk memperbaiki sifat kimia tanah tersebut meliputi pengapuran untuk meningkatkan pH tanah dan mengurangi reaktivitas Al, pemberian pupuk untuk memperbaiki kesuburan tanah, serta penambahan bahan organik yang berfungsi sebagai bufer terhadap pH rendah dan toksisitas Al melalui pembentukan khelat (Brown et al. 2008).
Tindakan dalam Perbaikan Sifat Kimia Tanah Ultisol
1. Pengapuran
Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman (Idrasari dan Syukur 2006). Tanah Ultisols dicirikan dengan rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya tingkat kejenuhan Al.
Kandungan Al yang tinggi berasal dari pelapukan mineral mudah lapuk. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dinetralisasi dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Radjagukguk (1983 dalam Indrasari dan Syukur 2006) mengemukakan bahwa reaksi kapur di dalam tanah secara sederhana sebagai berikut :
Al3+ yang berasal dari larutan tanah akan bereaksi dengan OH- dari hasil reaksi bahan kapur sehingga membentuk endapan Al(OH)3. Dengan demikian pemberian bahan kapur mengakibatkan pengendapan Al dalam bentuk Al(OH)3 dan pada saat yang sama pH akan meningkat. Dengan demikian keracunan Al dapat teratasi sehingga pertumbuhan akar tanaman akan baik. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa (Prasetyo dan Suriadikarta 2006).
Setiap tanaman, khususnya tanaman pangan memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap kejenuhan Al. Makin besar persentase kejenuhan Al dalam tanah, makin banyak kapur yang harus diberikan ke dalam tanah untuk mencapai pH agak netral sampai netral. Selain hasil penelitian Alwi (2007) menunjukkan bahwa pemberian bahan amelioran dalam hal ini lumpur, dapat meningkatkan pH tanah dari 2,94 menjadi 2,99, kemudian menurunkan kelarutan Al dari 3,48 cmol kg-1 menjadi 3,14 cmol kg-1. Menurunnya kelarutan Al berkaitan dengan asam-asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik.
2. Pemupukan Fosfat dan Kalium
Kekurangan P dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe (Prasetyo dan Suriadikarta 2006). Pada umumnya memberikan Pada tanah-tanah yang bersifat masam, penggunaan pupuk fosfat dan kalium banyak digunakan untuk meningkatkan serapan hara P dan K oleh tanaman.
Hasil penelitian Annisa dkk. (2007) menyimpulkan bahwa pemberian fosfat alam asal Maroko dengan dosis 250 kg ha-1 sudah dapat meningkatkan hasil gabah tertinggi sebesar 3,11 ton ha-1 sampai pada musim tanam keempat. Residu fosfat alam asal Maroko dari 4 musim tanam pada lahan sulfat masam mampu memperbaiki reaksi tanah (pH), dan kandungan P-tersedia tanah.
Residu pupuk P pada tanah Ultisol memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Suriadikarta dan Widjaja-Adhi 1986), bahkan residu P sebesar 3 x 60 kg P ha-1 dapat menaikkan ketersediaan P dalam tanah dari 3,30 menjadi 10,10 ppm P2O5. Pupuk K dalam bentuk KCl diberikan dengan takaran 100−130 kg KCl ha-1.
Menurut (Kaya 2009) makin tinggi dosis bokashi ela sagu yang diberikan sejalan dengan penambahan dosis pupuk SP-36 ke dalam tanah, maka makin besar P-tersedia di dalam tanah. Pemberian bokashi ela sagu dapat meningkatkan ketersediaan P tanah, karena secara langsung dalam dekomposisi bahan organik dari bokashi ela sagu dapat membebaskan P ke dalam tanah. Selain itu secara tidak langsung pemberian bokashi ela sagu dapat menurunkan Al-dd, kemasaman tanah, adsorpsi P maksimum, retensi P, serta fraksi-fraksi Al-P dan Fe-P, juga menurunkan permukaan aktif komponen tanah dalam mengikat.
Selain itu makin tinggi pemberian pupuk fosfat dapat menyediakan fosfat dalam tanah, karena ion Ca2+ dalam pupuk fosfat akan menggantikan ion H+ dan Al3+ dan Fe3+ pada kompleks adsorpsi akibatnya konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH- naik. Ion Al3+ dan Fe3+ dalam larutan tanah akan bereaksi dengan OH- membentuk senyawa Al(OH)3 dan Fe(OH)3 yang sukar larut dan tidak ada kesempatan lagi bagi Al atau Fe untuk bereaksi dengan fosfat, sehingga kandungan Al-P atau Fe-P akan berkurang, akibatnya fosfat akan bebas dan tersedia dalam larutan tanah.
3. Penerapan Bahan Organik
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga memunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisika tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi - fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Subowo dkk. 1990).
Pemberian bahan organik jerami padi yang telah mengalami perombakan lebih lanjut (C/N rendah) dapat menurunkan kelarutan Fe2+ di tanah sulfat masam (Fahmi dkk. 2009). Selain itu menurut Fahmi dkk. (2007) pemberian pupuk kandang menyebabkan pH tanah lebih tinggi, konsentrasi Fe2+ lebih rendah serta mengandung P yang lebih tinggi dibandingkan jerami padi. Hasil penelitian Setyorini dkk. (2006) menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaplikasian kompos dapat memperbaiki pH pada tanah-tanah masam.
Selain itu, kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan mikro. Misel humus memunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang lebih besar dari misel liat (3-10 kali) sehingga penyediaan hara makro dan mikro lebih lama. Sedangkan ditinjau dari sifat biologi tanah dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah menyebabkan mikroorganisme yang ada di dalam tanah juga ikut berkembang,
Soelaeman (2008) juga melaporkan bahwa, selain untuk melepaskan ikatan P di dalam larutan tanah, penggunaan bahan organik atau pupuk kandang di lahan kering masam dapat meningkatkan kandungan bahan organik atau C-organik tanah yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Bagian dari serat bahan organik dapat memperbaiki granulasi tanah/pembentukan agregat tanah yang berperan penting dalam memperbaiki permeabilitas dan aerasi tanah. Sebagai fungsi kimia, bahan organik dapat meningkatkan KTK tanah. Selain itu penggunaan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efesiensi penyerapan P oleh tanaman, karena dalam proses dekomposisi bahan organik dapat menghasilkan asam humat dan asam fulvat yang dapat mengikat Al dan Fe.
Tindakan praktis untuk memperbaiki sifat kimia tanah tersebut meliputi pengapuran untuk meningkatkan pH tanah dan mengurangi reaktivitas Al, pemberian pupuk untuk memperbaiki kesuburan tanah, serta penambahan bahan organik yang berfungsi sebagai bufer terhadap pH rendah dan toksisitas Al melalui pembentukan khelat (Brown et al. 2008).
Tindakan dalam Perbaikan Sifat Kimia Tanah Ultisol
1. Pengapuran
Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman (Idrasari dan Syukur 2006). Tanah Ultisols dicirikan dengan rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya tingkat kejenuhan Al.
Kandungan Al yang tinggi berasal dari pelapukan mineral mudah lapuk. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dinetralisasi dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Radjagukguk (1983 dalam Indrasari dan Syukur 2006) mengemukakan bahwa reaksi kapur di dalam tanah secara sederhana sebagai berikut :
3CaCO3 + 3 H2O à3Ca++ + 3HCO3-+ 3OH-
Al3+ + 3OH- àAl(OH)3 (mengendap)
Al3+ + 3OH- àAl(OH)3 (mengendap)
Al3+ yang berasal dari larutan tanah akan bereaksi dengan OH- dari hasil reaksi bahan kapur sehingga membentuk endapan Al(OH)3. Dengan demikian pemberian bahan kapur mengakibatkan pengendapan Al dalam bentuk Al(OH)3 dan pada saat yang sama pH akan meningkat. Dengan demikian keracunan Al dapat teratasi sehingga pertumbuhan akar tanaman akan baik. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa (Prasetyo dan Suriadikarta 2006).
Setiap tanaman, khususnya tanaman pangan memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap kejenuhan Al. Makin besar persentase kejenuhan Al dalam tanah, makin banyak kapur yang harus diberikan ke dalam tanah untuk mencapai pH agak netral sampai netral. Selain hasil penelitian Alwi (2007) menunjukkan bahwa pemberian bahan amelioran dalam hal ini lumpur, dapat meningkatkan pH tanah dari 2,94 menjadi 2,99, kemudian menurunkan kelarutan Al dari 3,48 cmol kg-1 menjadi 3,14 cmol kg-1. Menurunnya kelarutan Al berkaitan dengan asam-asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik.
2. Pemupukan Fosfat dan Kalium
Kekurangan P dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe (Prasetyo dan Suriadikarta 2006). Pada umumnya memberikan Pada tanah-tanah yang bersifat masam, penggunaan pupuk fosfat dan kalium banyak digunakan untuk meningkatkan serapan hara P dan K oleh tanaman.
Hasil penelitian Annisa dkk. (2007) menyimpulkan bahwa pemberian fosfat alam asal Maroko dengan dosis 250 kg ha-1 sudah dapat meningkatkan hasil gabah tertinggi sebesar 3,11 ton ha-1 sampai pada musim tanam keempat. Residu fosfat alam asal Maroko dari 4 musim tanam pada lahan sulfat masam mampu memperbaiki reaksi tanah (pH), dan kandungan P-tersedia tanah.
Residu pupuk P pada tanah Ultisol memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Suriadikarta dan Widjaja-Adhi 1986), bahkan residu P sebesar 3 x 60 kg P ha-1 dapat menaikkan ketersediaan P dalam tanah dari 3,30 menjadi 10,10 ppm P2O5. Pupuk K dalam bentuk KCl diberikan dengan takaran 100−130 kg KCl ha-1.
Menurut (Kaya 2009) makin tinggi dosis bokashi ela sagu yang diberikan sejalan dengan penambahan dosis pupuk SP-36 ke dalam tanah, maka makin besar P-tersedia di dalam tanah. Pemberian bokashi ela sagu dapat meningkatkan ketersediaan P tanah, karena secara langsung dalam dekomposisi bahan organik dari bokashi ela sagu dapat membebaskan P ke dalam tanah. Selain itu secara tidak langsung pemberian bokashi ela sagu dapat menurunkan Al-dd, kemasaman tanah, adsorpsi P maksimum, retensi P, serta fraksi-fraksi Al-P dan Fe-P, juga menurunkan permukaan aktif komponen tanah dalam mengikat.
Selain itu makin tinggi pemberian pupuk fosfat dapat menyediakan fosfat dalam tanah, karena ion Ca2+ dalam pupuk fosfat akan menggantikan ion H+ dan Al3+ dan Fe3+ pada kompleks adsorpsi akibatnya konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH- naik. Ion Al3+ dan Fe3+ dalam larutan tanah akan bereaksi dengan OH- membentuk senyawa Al(OH)3 dan Fe(OH)3 yang sukar larut dan tidak ada kesempatan lagi bagi Al atau Fe untuk bereaksi dengan fosfat, sehingga kandungan Al-P atau Fe-P akan berkurang, akibatnya fosfat akan bebas dan tersedia dalam larutan tanah.
3. Penerapan Bahan Organik
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga memunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisika tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi - fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Subowo dkk. 1990).
Pemberian bahan organik jerami padi yang telah mengalami perombakan lebih lanjut (C/N rendah) dapat menurunkan kelarutan Fe2+ di tanah sulfat masam (Fahmi dkk. 2009). Selain itu menurut Fahmi dkk. (2007) pemberian pupuk kandang menyebabkan pH tanah lebih tinggi, konsentrasi Fe2+ lebih rendah serta mengandung P yang lebih tinggi dibandingkan jerami padi. Hasil penelitian Setyorini dkk. (2006) menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaplikasian kompos dapat memperbaiki pH pada tanah-tanah masam.
Selain itu, kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan mikro. Misel humus memunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang lebih besar dari misel liat (3-10 kali) sehingga penyediaan hara makro dan mikro lebih lama. Sedangkan ditinjau dari sifat biologi tanah dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah menyebabkan mikroorganisme yang ada di dalam tanah juga ikut berkembang,
Soelaeman (2008) juga melaporkan bahwa, selain untuk melepaskan ikatan P di dalam larutan tanah, penggunaan bahan organik atau pupuk kandang di lahan kering masam dapat meningkatkan kandungan bahan organik atau C-organik tanah yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Bagian dari serat bahan organik dapat memperbaiki granulasi tanah/pembentukan agregat tanah yang berperan penting dalam memperbaiki permeabilitas dan aerasi tanah. Sebagai fungsi kimia, bahan organik dapat meningkatkan KTK tanah. Selain itu penggunaan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efesiensi penyerapan P oleh tanaman, karena dalam proses dekomposisi bahan organik dapat menghasilkan asam humat dan asam fulvat yang dapat mengikat Al dan Fe.
Assalammualaikum..Dijual murah tanah cariuk, jonggol seluas 13,5Ha beserta dengan villa seluas 350m2, surat shm dan ajb, harga per meter 75.000 nego, pasaran 100.000an.
BalasHapus1. Deket jalur puncak2
2. Setengah jam dari sentul lewat jalur puncak dua
3. Dari jagorawi lgsng ada toll tembus cileungsi lewat belakang cikeas keluar di mekarsari
4. Harga pasaran 100.000
5. Bikin villanya hampir 1M
6. Ada kolam ikan besar sudah kebentuk kali kecil
7. Ada mata air
8. Pohong sengon 2ha
9. Pohon pisang 2ha
10. Sawah 2ha
11. Jalan sudah aspal
12. Pohon jabon 50batang
13. Area masih dingin
14. Cocok investasi dan perkebunan.
15. Dari jonggol ke cikarang 40menit
16. Tembus bekasi juga.
17. Dari jonggol ke cipanas puncak setengah jam..
www.pasarantanahmurah.blogspot.co.id
Dijual tanah 21 Ha di daerah Setu Bekasi, Pinggir jalan raya alamat dan denah ada di photo.
Harga Rp. 500,000,-/permeter nego, 90% SERTIPIKAT (yg di stabilo hijau). Info lengkap ada di:
http://www.tanahdisetubekasi.blogspot.com