Genetika dan Fisiologi Choanephora - Progeny zigospora dari isolat Choanephora cucurbitarum (+) dan (-) terdiri dari tipe (+), (-), dan (±). Isolat zigospora (+) dan (-) bersifat stabil, menunjukkan kultur fragmen hifa dan sporangiospora dengan tipe mating yang sama seperti induknya masing-masing. Namun, isolat zigospora (±) bersifat tidak stabil, dipisahkan menjadi tipe (+), (-), dan (±) selama propagasi aseksual. Isolat (±) berasal dari zigospora tunggal, fragmen hifa, atau sporangiospora yang menghasilkan azigospora, menunjukkan bahwa azigospora cendawan ini dihasilkan oleh miselia heterokaryotik mating-type (Yu and Ko, 1996).
Baca juga Deteksi dan Identifikasi Choanephora, TAKSONOMI, SEJARAH FILOGENETIK, KISARAN INANG, DAN TIPE GEJALA CHOANEPHORA
Dinding sel C. cucurbitarum tidak menempel pada sitoplasma. Analisis kimia dinding sel menunjukkan kitin (17%), kitosan (28,4%), neutral sugar (7,2%), uronic acid (2,4%), protein (8,2%), dan lipid (13,8%). Struktur dinding hifa yang diamati dengan mikroskop electron menunjukkan dua daerah yang berbeda, yaitu mikrofibril dan amorf. Komponen utama mikrofibril yaitu kitin, terbagi menjadi dua lapisan, (1) lapisan luar merupakan lapisan yang lebih tebal dan terdapat mikrofibril yang tersusun acak, (2) lapisan dalam merupakan lapisan yang lebih tipis dan tersusun atas mikrofibril paralel (Letourneau, 1976).
Pada tanaman cabai yang diinokulasi C. cucurbitarum, lesio basah berkembang pada daun, petiol, dan batang yang masih muda, sehingga disebut tanaman "Early Cal Wonder". Jaringan yang lebih tua tampak sehat, sementara daun muda awalnya tampak layu, kemudian kembali menjadi hijau dan akhirnya menjadi berwarna hijau tua. Sporangiofor berwarna putih dengan kumpulan sporangia berwarna gelap tampak tumbuh pada jaringan terinfeksi (Blazquez, 1986).
Choanephora cucurbitarum menghasilkan konidia dan sporangiospora. Konidiofor tidak bercabang dan memiliki kepala berbentuk spherical yang dikelilingi oleh sterigmata, dimana konidia berbentuk seperti lemon. Konidia berkecambah dari tabung kecambah (Zitter, 1996).
Koloni cendawan Choanephora cucurbitarum pada media PDA berwarna putih hingga coklat kekuningan. Miselium mengandung klamidospora interkalar dengan dinding tebal, dan juga dihasilkan zigospora dengan dinding tebal. Temperatur pertumbuhan miselia cendawan berkisar 15-400C dan temperatur pertumbuhan optimum berkisar 300C pada media PDA. Fungi tumbuh dengan cepat pada media PDA hingga menutupi cawan petri (diameter 9 cm) selama 34-36 jam (Kwon et al., 2001; Zitter, 1996).
Sporangiola dengan spora tunggal terbentuk melimpah pada media, berbentuk elips, fusiform atau ovoid, pediculate, striate, dan berukuran 9,8-23,4 x 7,2-12,8 µm. Sporangia berbentuk subglobose dan berukuran 40-130 µm. Sporangiofor dengan spora tunggal berbentuk ramping dan panjang, serta bercabang pada ujungnya, masing-masing cabang menyangga sporangiospora (Kwon and Jee, 2005; Kwon et al., 2001).
Sporangiospora berwarna putih hingga coklat pada awalnya, tetapi berubah menjadi hitam keunguan setelah beberapa hari (Sikora, 2004). Sporangiospora memiliki tiga atau lebih appendage, berbentuk elips, fusiform atau ovoid, berwarna coklat muda atau coklat tua, dan berukuran 12,9-24,6 x 8,6-15,4 µm. Zigospora berbentuk subglobose atau hemispherical, berwarna hitam, dan berukuran 43,6-72,4 µm (Kwon et al., 2001).
Pengendalian Choanephora
Menurut Seebold (2010), belum ditemukan cara pengendalian yang efektif untuk patogen Choanephora, perlakuan yang menjaga kelembaban daun dapat memberi keuntungan, dengan cara menghindari irigasi berlebihan atau pengairan yang terlalu lama. Sikora (2004) menambahkan bahwa menyemprotkan fungisida tidak dapat dilakukan karena bunga baru mekar setiap hari dan membutuhkan perlindungan segera setelah membuka.
Siddiqui et al. (2008) melakukan penelitian dan berhasil menghambat hingga 84% perkecambahan konidia dan menghambat 100% pertumbuhan miselium Choanephora cucurbitarum dalam cawan dengan kompos minyak kelapa yang tidak disterilisasi. Penelitian selanjutnya oleh Siddiqui et al. (2008) berhasil menurunkan hingga 76,2% kejadian penyakit busuh basah Choanephora dengan memberi perlakuan kompos minyak kelapa yang diperkaya dengan Trichoderma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak kompos yang diperkaya dengan Trichoderma lebih menguntungkan karena ramah lingkungan dan dapat digunakan sebagai fungisida atau pupuk inorganik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mencegah kejadian penyakit.
Baca juga TAKSONOMI, SEJARAH FILOGENETIK, KISARAN INANG, DAN TIPE GEJALA CHOANEPHORA, Deteksi dan Identifikasi Choanephora
Baca juga TAKSONOMI, SEJARAH FILOGENETIK, KISARAN INANG, DAN TIPE GEJALA CHOANEPHORA, Deteksi dan Identifikasi Choanephora
0 Response to " Genetika dan Fisiologi Choanephora"
Posting Komentar