Tambang Batubara - Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang melimpah seperti batubara. Walaupun dalam jumlah berlimpah, dalam penanganannya tetap harus memperhatikan aspek keberlanjutan. Batubara dihasilkan melalui proses penambangan. Penambangan batubara merupakan salah satu usaha mendayagunakan sumber daya alam untuk kepentingan masyarakat seperti penyediaan sumber energi karena batubara merupakan sumber energi alternatif yang dapat diandalkan.
Kegiatan penambangan membuka lapangan pekerjaan terutama bagi masyarakat sekitar sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Namun dalam mengelola sumber daya alam tersebut tetap harus memperhatikan aspek lingkungan. Pengelolaan yang kurang tepat akan menyebabkan degradasi lahan akibat terjadinya erosi, sedimentasi, longsoran, pemadatan tanah, menurunnya keragaman flora dan fauna yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas dan kesuburan tanah. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mereklamasi lahan bekas tambang agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian.
Reklamasi Tambang Batubara
Reklamasi dilakukan dengan tujuan tidak hanya mengurangi erosi, tetapi juga memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan produktivitas lahan. Reklamasi yang dilakukan sering kali menemui hambatan seperti kondisi iklim mikro yang belum sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan adanya bahan – bahan meracun akibat tereksposenya bahan tersebut kepermukaan tanah seperti adanya senyawa sulfida dan besi yang apabila teroksidasi dapat meningkatkan kemasaman tanah (Daniels, et al., 2010) sehingga dengan dilakukannya kegiatan reklamasi, diharapkan kualitas lahan menjadi lebih baik dan lebih produktif.
Peran serta masyarakat mutlak diperlukan karena kepedulian masyarakat turut menentukan keberhasilan kegiatan reklamasi. Reklamasi dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi dan pemeliharaan. Selain itu dapat pula diaplikasikan bahan amelioran untuk perbaikan kualitas tanah. Bahan amelioran yang digunakan dapat berupa senyawa humat, kompos kotoran sapi dan kapur.
Senyawa Humat
Senyawa humat merupakan senyawa heterogen yang terdiri dari berbagai macam gugus fugsional, seperti –COOH, -OH fenolik, quinon, hidroksiquinon, lakton, eter dan –OH alkoholik, dan digolongkan atas fraksi asam humat, asam fulvat, dan humin. Senyawa humat dihasilkan dari perombakan bahan organik yang mempunyai peran penting dalam perbaikan sifat-sifat tanah (Tan, 1993; Eyheraguibel et al., 2007) seperti KTK dan agregasi (Stevenson, 1982; Tan, 1993).
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya Herjuna (2011) bahwa terjadi peningkatan pH, KTK dan C-organik tanah setelah aplikasi bahan humat. C-organik dapat pula ditingkatkan dengan pemberian kompos kotoran sapi. Selain itu, kompos kotoran sapi banyak mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg dan S, walaupun pengaruh yang dominan hanya terlihat pada peningkatan hara N, P dan K (Junita, et al, 2002).
Kompos Kotoran Sapi
Kompos kotoran sapi banyak digunakan sebagai bahan organic untuk reklamasi lahan bekas tambang. Kotoran sapi dikomposkan bersama-sama seresah dengan mengunakan activator untuk mempercepat pelapukan. Nurjaya et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian bahan organik sebesar 10 t/ha mampu menurunkan kandungan logam berat terutama Pb tersedia dalam tanah sebesar 1,91 mg/kg sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Barchia et al., (2007) menunjukkan terjadinya peningkatan pH dan ketersediaan P tanah dan penurunan Al-dd setelah aplikasi pupuk kandang sebesar 300 t/ha. Walaupun terjadi peningkatan pH tanah setelah aplikasi pupuk kandang, namun bahan ameliorant yang paling efektif untuk meningkatkan pH tanah adalah kapur.
Kapur
Kalsit (CaCO3) dan dolomite (CaMg(CO3)2) merupakan jenis kapur yang banyak digunakan pada bidang pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan). Penggunaan kapur tidak hanya untuk mengurangi kemasaman tanah tapi juga untuk suplai hara Ca dan Mg. Kalsium berperan dalam proses perkembangan akar dan batang (White and Brodley, 2003). Illera et al. (2004) dan Mora et al. (2002) menyimpulkan bahwa pemberian Ca dapat mengurangi toksisitas Al pada beberapa tanaman yang tumbuh di tanah masam dan pada akhirnya dapat meningkatkan produksi.
Pada tanah-tanah masam dengan kondisi tanah yang oksidatif seperti lahan bekas tambang batubara, koloid tanah banyak didominasi oleh Al sehingga rendahnya pH tanah dan tingginya kejenuhan Al menyebabkan penyerapan hara oleh tanaman terhambat karena difiksasi oleh Al. Hasil penelitian Barchia et al., (2007) menunjukan pada perlakuan 2x Al-dd (Al-dd awal : 3.024 cmol(+)/kg) terjadi peningkatan pH tanah dari 3.9 menjadi 4.9. Pemberian kapur sampai dosis 2x Al-dd dapat menurunkan konsentrasi Al dalam larutan tanah (Hakim et al., 1986).
Sengon, Tanaman Serba Guna dan Miracle Tree
Permasalahan kemasaman tanah, rendahnya ketersediaan hara dan daya dukung lahan merupakan faktor penghambat dalam usaha mereklamasi lahan bekas tambang batubara oleh karena itu pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam harus didasarkan pada adaptabilitas, cepat tumbuh, diketahuinya teknik silvikultur, ketersediaan bahan tanaman, dan dapat bersimbiosis dengan mikroba (Rahmawaty, 2002). Vegetasi yang dapat tumbuh pada lahan bekas tambang batubara diantaranya meranti, gaharu dan sengon.
Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan tanaman serba guna karena daun, batang kayu hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk bermacam keperluan dan mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat hingga tercatat didalam Guiness Book of Records sebagai pohon yang pertumbuhannya paling cepat didunia atau disebut juga dengan miracle tree (http://www.worldagroforestrycentre) dan dapat tumbuh pada tanah dengan kondisi keasaman tanah agak masam sampai netral.
Dari uraian tersebut diatas, diharapkan lahan bekas tambang batubara dapat menjadi lahan yang produktif dengan penerapan teknologi pengelolaan lahan (tanah dan tanaman) melalui pemberian bahan amelioran (senyawa humat, kompos kotoran sapi, kapur) dan penanaman tanaman yang adaptif.
0 Response to "Pemanfaatan Senyawa Humat, Kompos Kotoran Sapi dan Kapur untuk Tanaman Sengon di Lahan Bekas Tambang Batubara "
Posting Komentar