Adnow

loading...

Zoteromedia

Adsensecamp

Kawasan Hutan Harapan Jambi

Hutan Harapan - adalah hutan hujan tropis pertama di Indonesia yang mengalami restorasi sebagai kebijakan dari pemerintah. Kebijakan ini dilakukan pemerintah sebagai upaya dalam memulihkan kondisi hutan produksi yang telah terdegradasi menjadi seperti hutan alam. Berdasarkan SK Menhut Nomor 327/Menhut-II/2010, luas hutan Harapan di Jambi sekitar ± 46 385 ha. Kawasan hutan Harapan di Jambi di dalamnya terdapat beberapa penggunaan lahan. Penggunaan lahan terdiri dari hutan karet, perkebunan karet dan kelapa sawit. Ketiga penggunaan lahan ini memanfaatkan 42% dari luasan hutan Harapan di Jambi. 

Penggunaan Lahan di Hutan Harapan
 
Hutan karet merupakan sistem agroforestri yang berasal dari pengkayaan hutan oleh tanaman karet. Sedangkan perkebunan karet dan kelapa sawit merupakan sistem monokultur yang khusus dibuka untuk keperluan masyarakat adat. Kedua perkebunan ini telah berumur rata-rata 15 tahun. Kegiatan pemupukan dan pengapuran pada ketiga penggunaan lahan ini disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya pada perkebunan karet dan kelapa sawit dosis dan rentang waktu pemupukan maupun pengapuran lebih tinggi dibandingkan dengan hutan karet. Selain itu, pada perkebunan karet dan kelapa sawit dalam mengendalikan gulma tidak hanya secara manual saja tetapi juga menggunakan herbisida paraquat atau glyphosate. 

Dampak Penggunaan Lahan terhadap Kelimpahan dan Keanekaragaman Collembola
 
Hutan merupakan habitat alami bagi fauna tanah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup mereka bergantung pada kelestarian dan gangguan dalam ekosistem. Semakin besar gangguan dalam ekosistem maka keberadaan fauna tanah semakin terancam. Transformasi habitat merupakan salah satu gangguan ekosistem yang dapat mengancam keberadaan fauna tanah termasuk collembola. Transformasi habitat berkaitan dengan jumlah serasah dan jenis vegetasi yang akan mempengaruhi keberadaan collembola. Jumlah serasah dan jenis vegetasi akan mempengaruhi kondisi dan kandungan bahan organik pada suatu ekosistem. Umumnya collembola menyukai kondisi lembab dan kandungan bahan organik yang cukup sehingga mikroorganisme yang terdapat di dalam bahan organik dapat dijadikan makanan bagi collembola.

Pada hutan yang mengalami alih guna lahan misalnya dari lahan dengan pohon berkayu menjadi rerumputan, maka terjadi perubahan iklim, tanah, dan vegetasi sehingga menjadi faktor utama yang menyebabkan perubahan komunitas collembola. Penanaman hutan kembali juga menyebabkan perubahan pada total kelimpahan dan kekayaan spesies komunitas collembola. Beberapa spesies dari lahan yang mengalami alih guna akan lebih lambat beradaptasi dibandingkan spesies imigrasi yang menempati lingkungan baru. Hal ini menyebabkan berkurangnya keragaman pada lahan yang mengalami alih guna dibandingkan lahan yang lebih stabil (Ponge et al. 2003).

Penelitian pada tanah pertanian menunjukkan redistribusi populasi collembola disebabkan adanya pengelolaan lahan berupa pembajakan tanah dan pembakaran lahan bekas tanam. Pengelolaan lahan tersebut membantu menjaga kelimpahan makanan pada tanah lapisan dalam di mana hewan kecil terlindung dari kondisi beku pada musim dingin dan kondisi kering pada musim panas. Kondisi ini menggantikan kebutuhan serasah dan tanaman penutup selama musim dingin dan kering. Terlebih lagi, perubahan ini membuat komunitas collembola beradaptasi pada perubahan kondisi dengan cara menyesuaikan keberadaan populasi seiring dengan perubahan musim. Hal ini menunjukkan kemampuan setiap spesies dalam menyebar dan beradaptasi (Ponge et al. 2003).

Pengelolaan hutan juga dapat mempengaruhi keberadaan collembola. Kekayaan dan kelimpahan spesies collembola dapat terganggu karena gangguan manusia pada suatu daerah yang diteliti. Collembola sangat sensitif terhadap perlakuan yang diberikan oleh manusia dan kemampuan collembola menyebar untuk membentuk kelompok kembali pada daerah yang terganggu menjadi lebih sulit. Cassagne et al. (2006) melaporkan pengelolaan hutan dapat mempengaruhi spesies endemik karena sifatnya yang lebih sensitif dibandingkan spesies non-endemik. Spesies endemik mengalami penurunan jumlah spesies dan jumlah individu, sementara kekayaan dan kelimpahan spesies non-endemik tidak terlalu terpengaruh. Gangguan yang timbul karena adanya penanaman satu jenis pohon di hutan merupakan penyebab utama menurunnya nilai kekayaan spesies collembola. Menurunnya nilai kekayaan spesies collembola disebabkan kurangnya kemampuan collembola untuk bertahan hidup. Beberapa spesies hanya dapat hidup pada suatu ekosistem tertentu, misalnya Proisotoma notabilis yang dapat hidup pada perkebunan Spruce, serta Folsomia manolachei dan Isotomiella minor yang dapat hidup pada pepohonan cemara.

Penanaman kembali setelah penebangan dan pembersihan hutan menyebabkan modifikasi tanah dan erosi pada tahun-tahun pertama penanaman yang tentunya berdampak pada komunitas collembola. Gangguan pada tanah terjadi di lapisan tanah paling atas dan organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Kekayaan collembola sangat dipengaruhi dengan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara collembola dengan tipe humus yang menunjukkan kualitas tanah dan ketersediaan makanan bagi collembola pada pertanaman atau perkebunan jenis tertentu (Cassagne et al. 2006).

0 Response to "Kawasan Hutan Harapan Jambi"

Posting Komentar

  Yuuk Berbisnis Mudah dan Gratis
Buktikan Sendiri dengan Klik DISINI