Adnow

loading...

Zoteromedia

Adsensecamp

Redistribusi Air Tanah

Drainase internal - adalah gerakan air setelah infiltrasi pada permukaan tanah yang terhenti awalnya secara keseluruhan profil dianggap jenuh, sedangkan redistribusi air tanah merupakan gerakan air setelah infiltrasi dari zone yang lebih basah ke zone yang lebih kering dan pada awalnya profil tanah tidak jenuh keseluruhannya. Proses drainase dalam dan redistribusi air tanah dapat disebabkan oleh gravitasi atau hisapan matriks tanah maupun oleh kedua-duanya. Untuk mengkarakteristikkan kedua proses tersbut dapat dilakukan dengan dua cara.

Baca juga Fenomena Histeresis Dalam Redistribusi Air Tanah
                Konsep Kapasitas Lapang Pada Drainase Dalam Dan Redistribusi Air Tanah


Pertama, secara dinamis, yaitu menganalisa kandungan air tanah terhadap perubahan waktu. Cara ini lebih teliti, tetapi lebih kompleks dan memerlukan pengetahuan yang lebih banyak. Kedua, secara statis, yaitu dengan menentukan beberapa batas nilai kandungan air tanah pada suatu perubahan waktu tertentu. Pendekatan ini kurang teliti, tetapi lebih sederhana dan praktis.

Laju drainase internal akan dipengaruhi oleh keadaan tanah seperti tekstur, struktur, bahan organik dan keseragaman tanah. Pada profil tanah bertekstur kasar, penurunan laju drainase dalam lebih cepat dibandingkan dengan tanah bertekstur lebih halus, karena penurunan konduktivitas hidrolik pada tanah bertekstur kasar lebih besar.

Perubahan laju redistribusi bergantung pada; (1) sifat-sifat hidrolik tanah, (2) kedalaman pembasahan awal, (3) kandungan air awal dan (4) kering relatif lapisan bawah. Laju redistribusi pada tanah dengan kedalaman pembasahan dangkal dan lapisan di bawahnya yang relatif kering akan lebih besar bila dibandingkan dengan kedalaman pembasahan yang lebih dalam dan lapisan di bawahnya lebih basah, karena gradien hisapan matriks pada pembasahan dangkal lebih besar.

Dengan kandungan air awal yang lebih besar, laju redistribusinya lebih rendah dibandingkan dengan profil tanah yang mempunyai kandungan air awal lebih rendah. Laju redistribusi juga dipengaruhi oleh sifat tekstur tanah. Tanah yang hydrophilic mempunyai hantaran hidrolik yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang hydrophobic, sehingga laju redistribusi dan kedalaman muka pembasahan tanah hydrophilic lebih besar. Redistribusi pada lapisan atas yang lebih tembus air akan menurun apabila lapisan tanah di bawahnya kurang tembus air, sedangkan laju redistribusi pada lapisan atas yang kurang tembus air tidak akan banyak dipengaruhi oleh lapisan di bawahnya yang lebih tembus air.

Baca juga Fenomena Histeresis Dalam Redistribusi Air Tanah
                Konsep Kapasitas Lapang Pada Drainase Dalam Dan Redistribusi Air Tanah

Bagaimana sebaiknya sifat-sifat redistribusi tersebut untuk suatu areal tertentu. Di daerah iklim kering mungkin lebih sesuai kalau tanah mempunyai sifat redistribusi air tanah yang lambat, karena dapat mempertahankan penyimpanan air tanah pada zone perakaran yang lebih lama. Sebaliknya pada daerah iklim basah lebih baik kalau laju drainase dan redistribusinya lebih besar, sehingga tidak terjadi penahanan air berlebihan yang bisa menimbulkan keadaan “anaerob” atau ‘run off” di atas permukaan tanah dan dapat mencuci garam-garam tanah.

Tetapi tidak diharapkan terjadi laju drainase yang sangat besar karena selain tidak dapat menyimpan air, juga dapat mengakibatkan pencucian unsur-unsur hara dari zone perakaran. Pemakaian pemantap tanah dapat memperbesar penahanan air dan mengurangi laju drainase internal, sehingga pada tanah-tanah yang bertekstur kasar, seperti pasir dengan pemberian pemantap tanah ini akan memperbesar penahanan airnya.

Proses redistribusi air tanah sesungguhnya meliputi histeresis, sehingga biasanya hubungan antara kandungan air tanah dan hisapan matriks tanah tidak khas (unique) dan tidak mempunyai nilai tunggal. Redistribusi dengan histeresis berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan redistribusi non-histeresis. Dengan histeresis akan lebih banyak air yang dapat ditahan profil tanah selama infiltrasi sehingga akan menaikkan kapasitas lapang dan ini akan lebih baik karena dapat dipakai oleh tanaman daripada kalau mengalir dari jangkauan akar tanaman.

Walaupun konsep kapasitas lapang subjektif, tetapi untuk penggunaan secara praktis masih dapat digunakan, paling tidak sebagai satu pedoman dasar untuk menentukan nilai tunggal dalam menduga kandungan air tanah, misalnya dalam menghitung kebutuhan air irigasi berdasarkan “kekurangan kapasitas lapang”. Konsep kapasitas lapang ini bisa dipertahankan bagi tanah-tanah bertekstur kasar, dimana drainase dalam mulanya berjalan sangat cepat tetapi segera menurun karena menurunnya hantaran hidrolik dengan naiknya hisapan matriks tanah. Satu hal yang sangat lemah dalam konsep kapasitas lapang adalah bahwa pengukuran-pengukuran dilakukan pada kondisi statis sedangkan di alam berlaku kondisi yang dinamis, sehingga konsep kapasitas lapang yang ada sekarang tidak bisa digunakan secara universal.

Untuk perbaikan ke arah penggunaannya, perlu diperhatikan beberapa hal: (1) pengukuran kapasitas lapang sebaiknya dilakukan secara langsung di lapang, (2) penentuan di lapang sendiri harus dapat direproduksikan dengan membuat standarisasi satu cara yang konsisten dan (3) pengukuran kandungan air tanah dan distribusi kedalamannya, sebaiknya dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berubah-ubah.

Sesungguhnya konsep kapasitas lapang dapat lebih berarti apabila pengukuran kapasitas lapang memperhatikan faktor-faktor lainnya, seperti kelembaban tanah sebelum infiltrasi, kedalaman pembasahan, kemungkinan adanya permukaan air tanah, evapotranspirasi, curah hujan yang semuanya ini dapat dimonitor secara kontinyu dan diselesaikan dengan persamaan aliran air.




0 Response to "Redistribusi Air Tanah "

Posting Komentar

  Yuuk Berbisnis Mudah dan Gratis
Buktikan Sendiri dengan Klik DISINI