Adnow

loading...

Zoteromedia

Adsensecamp

Solusi untuk Mengatasi Masalah Degradasi Lahan Di Perkebunan Kopi Sumberjaya

Masalah Degradasi - Degradasi lahan yang terjadi di Sumberjaya selain disebabkan adanya alih fungsi lahan hutan menjadi kebun kopi, namun disebabkan pula oleh pengelolaan lahan yang tidak tepat. Pengelolaan lahan yang diterapkan di daerah tersebut adalah sistem pertanian monokultur dan penyiangan secara intensif. 


Tidak adanya vegetasi penutup tanah dan tingkat penutupan tajuk tanaman kopi yang masih relatif jarang mengakibatkan air hujan langsung jatuh diatas permukaan tanah sehingga pada saat hujan turun, terjadi erosi dan aliran permukaan tanah. Penerapan sistem agroforestri atau wanatani dan praktek konservasi tanah pada lahan usahatani kopi khususnya pada saat tanaman kopi masih relatif muda diharapkan dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan, sehingga degradasi lahan yang terjadi akibat alih fungsi lahan hutan menjadi lahan usahatani kopi dapat ditekan sekecil mungkin. 

Penerapan Sistem Agroforestri 

Sistem agroforestri yang telah diterapkan petani kopi di daerah Sumberjaya adalah dengan memadukan tanaman kopi dengan pohon pelindung dan tanaman semusim. Sistem ini, selain untuk mengurangi degradasi lahan tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan petani. Disamping itu, menurut Jalid (2004) sistem tersebut dapat menekan kerusakan lingkungan akibat penggunaan input eksternal yang tinggi sehingga dapat mencemari air tanah akibat ion nitrat dan erosi pada daerah lereng. Secara global, sistem agroforestri berbasis kopi dapat mempertahankan keanekaragaman hayati (biodiversity). 

Jalid (2004) menyatakan bahwa koefisien perkembangan sistem agroforestri berbasis kopi lebih tinggi (45%) daripada koefisien perkembangan kopi monokultur (22%). Ini menunjukkan bahwa perkembangan sistem agroforestri berbasis kopi di Sumberjaya cukup signifikan (Leimona, 2001). Tanaman semusim dan pohon pelindung yang dipadukan dengan tanaman kopi biasanya berupa sayuran dan jenis pohon buah atau kayu. 

Tanaman semusim berupa sayuran misalnya cabe, rampai, kacang panjang, dan terong (Nugraha, 2005) sedangkan pohon pelindung biasanya jenis pohon nangka atau sengon (Wulan, 2002). Tanaman kopi biasanya baru bisa dipanen memasuki tahun ketiga sejak penanaman. Oleh karena itu, walaupun kopi sebagai tanaman utama, petani memperoleh pendapatannya dari hasil sayuran yang sifatnya jangka pendek sedangkan pohon pelindung, kelak diharapkan sebagai penaung kopi dan tajar (tempat merambatnya) tanaman lada atau vanili. 

Sistem agroforestri dengan pohon naungan atau pelindung merupakan sistem konservasi yang sangat baik (Agus et al., 2002). Lapisan tajuk pada sistem agroforestri yang menyerupai hutan dapat memberikan fungsi konservasi yang baik dalam mengurangi tingkat erosi tanah. Selain itu, melalui lapisan tajuk, sinar matahari tidak berpengaruh langsung terhadap kopi sehingga kelembaban udara pada kebun kopi dapat terjaga. Tanaman pelindung juga dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah. 

Selain memberikan perlindungan terhadap lingkungan, tanaman pelindung ini dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga serta sebagai alternatif dalam mengatasi anjloknya harga kopi. Oleh karena itu, pilihan tanaman untuk sistem agroforestri harus disesuaikan dengan kondisi biofisik setempat, komoditas yang dihasilkan harus punya pasar dan petani harus memiliki akses terhadap bibit tanaman yang bermutu tinggi (Agus et al., 2002). 

Penerapan Konservasi Tanah 

Praktek konservasi tanah juga dilakukan oleh petani dilahan miring dengan pembuatan teras, guludan atau strip rumput (penyiangan rumput untuk kemudian dibentuk guludan yang searah dengan kontur). Pilihan teknik konservasi ini dikenal secara luas karena dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Dari beberapa konstruksi teknik konservasi yang diterapkan petani di Sumberjaya, jenis teras adalah yang paling umum digunakan. Jenis teras ini dapat dibuat tanpa harus merombak tanaman kopi yang sudah ada. Proses pembuatan teras sederhana dapat dilakukan secara bertahap (gradual) disesuaikan dengan kemampuan petani. 

Sejumlah petani mendeskripsikan beberapa keuntungan adanya teras antara lain: (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah sehingga mengurangi erodibilitas tanah; (2) menampung tanah lapisan atas (topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya. Lapisan tanah yang sering terbawa oleh air adalah lapisan tanah atas (topsoil) yang merupakan lapisan tanah subur dan gembur. Jika topsoilnya terkikis karena terbawa limpasan permukaan, maka kesuburan tanah dapat berkurang. 

Dengan adanya teras, tanah subur yang tergerus limpasan permukaan tidak hilang terhanyut, tetapi ditampung oleh teras yang ada di bawahnya; (3) memudahkan petani dalam mengelola lahan khususnya dalam proses panen (saat mutil). Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dikatakan bahwa teras berdampak positif terhadap peningkatan kesuburan tanah (Mulyoutami et al, 2003).

0 Response to "Solusi untuk Mengatasi Masalah Degradasi Lahan Di Perkebunan Kopi Sumberjaya "

Posting Komentar

  Yuuk Berbisnis Mudah dan Gratis
Buktikan Sendiri dengan Klik DISINI