Kandungan Cu Dalam Tanah - Rata-rata Cu dalam litosfer sekitar 10 ppm, tetapi yang berada dalam tanah antara 2 sampai 100 ppm (Tisdale dan Nelson, 1985). Batuan beku basalt mengandung Cu yang tinggi sekitar 100 ppm. Kerak bumi mengandung kira-kira 55 ppm Cu, sedangkan batuan endapan hanya mengandung 30 ppm Cu. Perilaku Cu dalam tanah relatif lebih kompleks. Hal ini disebabkan Cu mempunyai 2 macam valensi (Krauskopf, 1972 dalam Nikmah, 2008).
Stevenson et al. (1993) menyatakan bahwa ketersediaan Cu dalam tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, pH, oksida Fe dan Al, serta mineral liat. Jerapan Cu meningkat dengan meningkatnya pH (Choi et al., 1999). Arnesen dan Singh (1999) mengatakan bahwa kelarutan Cu meningkat dengan meningkatnya bahan organik. Defisiensi Cu lebih sering muncul pada tanah bertekstur pasir dibandingkan pada tanah bertekstur lempung dan liat.
Tisdale dan Nelson (1985) menyebutkan bahwa perilaku Cu dalam tanah dipengaruhi oleh KTK, tekstur, bahan organik dan pH tanah. Makin halus tanah, maka makin banyak total Cu dalam tanah. Ketersediaan Cu yang rendah pada pH yang tinggi mencerminkan penurunan pembebasan Cu dari pelarutan mineral, peningkatan pengkompleksan Cu oleh bahan organik tanah, jerapan oleh permukaan komponen inorganik tanah dan pemampatan oleh hidroksida dan oksida tanah.
Cu dalam Bentuk Tersedia
Cuprum (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyawa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid). Dalam getah tanaman, baik dalam xylem maupun floem, hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Tanaman yang terkenal respon terhadap Cu adalah kentang dan jagung (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Dalam tanah, Cu membentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelite (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [( Cu, Fe)12SO4SI3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuS), malasit [(Cu2(OH)2CO3)], adrit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4] (Krauskopf, 1972 dalam Nikmah, 2008).
Seperti sebagian besar unsur hara mikro lainnya, jumlah ketersedian Cu yang besar dapat meracuni tanaman. Jumlah Cu yang berlebihan dapat menekan aktifitas Fe dan bisa menyebabkan gejala defisiensi Fe. Kejadian keracunan Cu pada tanaman masih sangan jarang terjadi.
Serapan Cu oleh Tanaman
Unsur cuprum terdapat di seluruh jaringan tumbuh-tumbuhan, terutama dalam daun-daun hijau dan biji. Tanaman menyerap Cu dalam jumlah yang sedikit, sekitar 2-20 ppm. Kadar Cu tinggi dijumpai dalam kloroplas yakni sekitar 70 persen dari seluruh Cu daun (Soepardi, 1987). Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa gejala defisiensi muncul apabila kadarnya lebih kecil dari 4 ppm dalam bahan kering.
Gejala defisiensi Cu untuk tiap jenis tanaman berbeda. Pada tanaman sayuran yang kekurangan Cu memperlihatkan tanda layu, kemudian timbul bercak-bercak hijau kebiruan, menjadi klorotik, mengeriting, dan bunga-bunga tidak terbentuk. Cu sebagai pupuk digunakan dalam bentuk CuSO4.5H2O atau Cupri sulfat.
0 Response to "Kaitan Unsur Hara Cuprum (Cu) Terhadap Kesuburan Tanah"
Posting Komentar