Lampung, Daerah Penghasil Kopi - Provinsi Lampung dikenal sebagai sentra produksi kopi nasional. Daerah penghasil utama kopi terletak di Lampung Barat, khususnya di kecamatan Sumberjaya. Di daerah ini, praktek budidaya kopi menerapkan sistem monokultur. Sistem ini sering dipandang sebagai praktek bercocok tanam yang tidak lestari karena penyiangan dilakukan secara intensif. Selain itu, di daerah ini kopi banyak ditanam pada lahan berlereng curam dengan rata-rata curah hujan tahunan yang tergolong tinggi (>2500 mm/tahun). Hal inilah yang menjadi faktor pembatas budidaya kopi di dataran tinggi dan penyebab terjadinya erosi.
Dampak yang Ditimbulkan Akibat Erosi
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Arsyad 2010). Erosi yang terjadi di daerah beriklim tropika basah disebabkan oleh tingginya jumlah dan intensitas hujan. Tingginya curah hujan tahunan, lahan berlereng curam dan penyiangan intensif sehingga penutupan tanah oleh vegetasi rendah memicu timbulnya erosi yang tinggi. Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak pada penurunan kesuburan tanah dan degradasi lahan.
Penurunan kesuburan tanah dan degradasi lahan akibat erosi diperlukan adanya tindakan konservasi. Tindakan ini dilakukan untuk menekan laju erosi agar sama atau lebih kecil dari batas toleransi. Salah satu tindakan konservasi yang dilakukan oleh petani di Sumberjaya adalah dengan menggunakan metode vegetatif. Dimana metode ini memanfaatkan tanaman ataupun sisa-sisa tanaman untuk mengurangi erosi. Selain itu, metode ini juga mempunyai prospek yang besar untuk diadopsi oleh petani karena memberikan manfaat dan kemudahan dalam penerapannya.
Budidaya Kopi di Lahan Miring
Praktek budidaya kopi yang diterapkan oleh petani di daerah Sumberjaya adalah sistem monokultur. Dimana sistem ini merupakan praktek bercocok tanam yang kurang lestari. Selain itu, penanaman kopi banyak ditanam di lahan yang berlereng curam dengan curah hujan tahunan yang tinggi. Hal inilah yang menjadi pemicu timbulnya erosi yang tinggi. Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak pada penurunan kesuburan tanah dan degradasi lahan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan adanya tindakan konservasi untuk menekan laju erosi agar sama atau lebih kecil dari batas toleransi.
Menurut Idjudin (2011) tanah dari perspektif ilmu dan lingkungan adalah ekosistem yang beraneka pada skala lokal dan sumberdaya alam yang sangat heterogen dari segi kimia, fisik, dan hayati. Maka tanah menjadi penentu kapasitas lahan dalam produksi biomassa berguna, seperti dalam budidaya pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Lahan di dataran tinggi walaupun berpeluang untuk budidaya kopi, namun sangat rentan terhadap erosi karena tingkat kemiringannya, curah hujan yang relatif lebih tinggi, dan tanahnya tidak stabil. Bahaya erosi akan semakin meningkat apabila lahan tersebut tidak menerapkan praktek konservasi.
Beberapa Teknik Konservasi yang dapat Diterapkan
Pada dasarnya teknik konservasi tanah dibedakan menjadi tiga yaitu vegetatif, mekanik dan kimia. Namun, pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi. Mengingat teknik mekanik dan kimia umumnya mahal, maka teknik vegetatif berpotensi untuk lebih diterima oleh masyarakat petani. Konservasi tanah secara vegetatif merupakan salah satu cara konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman ataupun sisa-sisa tanaman untuk mengurangi erosi.
Banyak jenis teknik konservasi tanah secara vegetatif yang dikembangkan di lapangan. Namun, terdapat beberapa teknik konservasi telah diterapkan oleh petani pada lahan pertanaman kopi di Kecamatan Sumberjaya. Dimana dari semua teknik konservasi yang telah diterapkan sangat efektif dalam menekan erosi sampai tingkat yang dapat ditoleransi pada hampir setiap kemiringan dan panjang lereng.
Disamping itu, teknik ini mudah dalam penerapannya, membantu melestarikan lingkungan, mencegah erosi dan menahan aliran permukaan serta dapat memperbaiki sifat tanah dari adanya pengembalian bahan organik tanaman dan meningkatkan nilai tambah bagi petani dari hasil sampingan tanaman konservasi tersebut.
0 Response to "Erosi dan Berbagai Pilihan Teknik Konservasi"
Posting Komentar