Penularan melalui Serangga Vektor - Bemisia tabaci telah diketahui secara efisien dapat menularkan Geminivirus dengan cara persisten dan sirkulatif. Geminivirus diakuisisi oleh nimfa dan imago kutukebul, kemudian bertahan dalam tubuh kutukebul dewasa sepanjang hidupnya (Cohen dan Antignus 1994). B. tabaci biotipe B diketahui dapat mengakuisisi TYLCV pada tanaman tomat terinfeksi selama 30 menit, dan menyebabkan semua tanaman uji terinfeksi setelah 24 jam inokulasi (Al-ani et al. 2011).
Sifat-Sifat Penularan Geminivirus
Periode makan akuisisi minimum yang dibutuhkan B. tabaci untuk berhasil menularkan TYLCV selama 30 menit, namun persentase infeksi meningkat seiring meningkatnya periode makan akuisisi. Vektor membutuhkan periode makan akuisisi selama 8 jam untuk berhasil menularkan TYLCV dan menyebabkan seluruh tanaman terinfeksi 100% (Rashid et al. 2008). Capoor (1949) dalam Rashid et al. (2008) menambahkan kutukebul membutuhkan 15 sampai 30 menit pada tanaman untuk mengintroduksi stilet ke dalam jaringan floem.
Periode makan inokulasi minimum yang dibutuhkan kutukebul untuk berhasil menularkan virus selama 30 menit, walaupun persentase infeksi meningkat dengan semakin meningkatnya periode makan inokulasi. Periode puasa minimum sebelum dan setelah akuisisi masing-masing selama 5 jam dibutuhkan vektor untuk berhasil menularkan virus untuk menghasilkan infeksi 100% (Rashid et al. 2008).
Kutukebul viruliferous kehilangan infektivitasnya dan tidak ditemukan keberadaan DNA virus ketika kutukebul memakan tanaman sehat. Hal ini menunjukkan Begomovirus tidak bereplikasi dalam tubuh vektor kutukebul, namun virus melewati sistem sirkulasi dan bersifat nonpropagatif (Hunter et al. 1998). Sebagian besar Geminivirus tidak ditularkan secara transovarial oleh vektornya (Cohen et al. 1983), namun TYLCV memiliki sifat unik yang dapat ditularkan secara transovarial dari serangga betina ke keturunannya melalui telur (Ghanim et al. 1998). TYLCV juga dapat ditularkan antara serangga jantan dan betina selama interaksi seksual tanpa adanya sumber virus (Ghanim dan Czosnek 2000).
Proses Penetrasi Virus dengan Stilet Serangga
Akuisisi virus oleh vektor ditentukan oleh mekanisme makan serangga vektor dengan tipe mulut menusuk dan menghisap. Mulut yang berbentuk seperti jarum dapat mempenetrasi dinding sel tanaman, baik dengan kekuatan mekanis maupun dengan bantuan ludah dan enzim usus. Kemudian virus ditulakan secara sirkulatif dengan perpindahan melewati membran sel (Gray dan Banerjee 1999).
Pergerakan Geminivirus di dalam Tubuh Bemisia tabaci
Pergerakan Begomovirus melalui vektor kutukebul Bemisia tabaci menunjukkan virus diakuisisi dari jaringan tanaman. Virus masuk ke dalam saluran makan dari stilet, melalui esofagus dan foregut, lalu masuk ke dalam filter-chamber dan midgut dimana virus harus melewati membran dan masuk ke dalam hemolymph. Virus bergerak melewati hemolymph hingga mencapai membran kelenjar ludah. Virus harus melewati barier membran kelenjar ludah hingga akhirnya sampai ke salivary duct dan dikeluarkan melalui salivary canal dari stilet, dan diinjeksi ke dalam sel tanaman (Hunter et al. 1996).
Hubungan Spesifik antara Geminivirus dengan Bemisia tabaci
Virus dan serangga vektor memiliki interaksi yang spesifik agar virus dapat ditularkan oleh vektornya. Virus yang dapat ditularkan oleh vektor harus dapat melewati dua barier yang terdapat dalam sistem sirkulasi vektor. Virus juga harus melewati beberapa proses perpindahan saat melewati sistem sirkulasi serangga vektor (Gray dan Banerjee 1999).
Perpindahan virus dari hindgut ke hemocoel harus melewati barier berupa membran sel usus. Awalnya virus pada sel apikal plasmalemma usus (APL) terikat pada reseptor putatif yang menginisiasi invaginasi virus (i) ke dalam coated pits (ii). Pits muncul dari membran yang membentuk coated vesicle mengandung virus (iii), yang membawa virus ke uncoated vesicle berukuran lebih besar yang disebut endosom (iv). Virus dikumpulkan dalam endosom dan diselubungi dalam vesikel tubular (v), lalu terpisah dan pindah ke basal plasmalema (BPL). Vesikel tubular berfusi dengan BPL untuk melepas virus dari sel. Kemudian virus bebas untuk berpindah melalui basal lamina (BL) dan memasuki hemocoel.
Model Interaksi Virus dengan Accessory Salivary Gland
Barier selanjutnya berupa membran salivary canal harus dilewati oleh virus. Virus pada hemolymph harus berinteraksi dengan basal lamina (BL) yang mengelilingi accessory salivary gland (ASG). BL berperan sebagai barier selektif pertama (i), virus yang dapat ditularkan harus berikatan dan mempenetrasi BL. Virus lain yang tidak dapat ditularkan (striped hexagons) tidak dapat terikat dengan BL, atau dapat terikat namun tidak dapat mempenetrasi.
Basal plasmalema (BPL) merupakan barier selektif kedua dan beberapa virus harus mempenetrasi ke dalam invaginasi BPL. Virus yang dapat ditularkan (filled hexagons) akan dikumpulkan dalam tubular vesicle (TV) (ii) yang terlepas dari BPL (iii) dan berpindah ke dalam sitoplasma. Coated vesicle yang membawa virion tunggal tampak terlepas dari TV (iv, v) dan berfusi dengan apikal plasmalema melepas virion ke dalam salivary canal (vi) (Gray dan Banerjee 1999).
0 Response to "Penularan Geminivirus melalui Serangga Vektor Bemisia tabaci"
Posting Komentar