Kultur Jaringan Tanaman Tebu - Untuk mempercepat penampilan sifat totipotensi sangat dianjurkan menggunakan eksplan, organ atau jaringan muda yang masih dalam keadaan meristematis sebagai bahan tanam. Menurut Gunawan (1992), eksplan sebaiknya diambil dari bagian-bagian tanaman yang belum banyak mengalami perubahan bentuk dan kekhususan fungsi seperti meristem batang dan akar, meristem kambium, meristem interkalar, meristem daun dan felogen.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan eksplan yaitu sumber eksplan, ukuran, dan umur fisiologi. Perlu diperhatikan cara sterilisasinya karena permukaan bagian eksplan umumnya mengandung sejumlah mikroba kontaminan sehingga sterilisasi permukaan perlu dilakukan sebelum ditanam pada media (Naik 2001).
Tujuan pokok penerapan perbanyakan mikro adalah menghasilkan benih dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan. Pada tanaman tebu dari satu pucuk batang tebu berumur 4-6 bulan mampu menghasilkan sekitar 20.000 tanaman semai dalam waktu 6 bulan. Sementara itu dilaporkan bahwa tingkat multiplikasi kultur meristem tunas tebu dapat mencapai 200.000 kali dalam waktu 6 bulan, sedangkan cara konvensional tingkat perbanyakan di lapangan hanya mampu memberikan tingkat perbanyakan 8-12 kali dalam waktu yang sama (Hotma et al. 2011).
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik kultur jaringan tanaman tebu, yaitu komponen media tumbuh, bahan eksplan, zat pengatur tumbuh tanaman yang sesuai, dan kondisi lingkungan kultur. Media kultur merupakan suatu penentu keberhasilan metode perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Berbagai media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Tipe media kultur jaringan yang dipilih tergantung kepada spesies yang akan dikulturkan. Media Murashige dan Skoog (MS) lebih cocok dan kebanyakan digunakan media dasar kultur jaringan untuk regenerasi tanaman dari jaringan dan kalus (Beyl 2005).
Beberapa Metode Eliminasi Virus secara in vitro
Berbagai metode kultur jaringan telah dilakukan untuk mengendalikan virus dari tanaman terinfeksi. Kultur meristem digunakan secara luas untuk menghasilkan tanaman bebas virus pada banyak spesies tanaman propagasi atau secara vegetatif. Virus berasosiasi dengan gejala chlorotic streak dan SCMV dieliminasi dari tanaman tebu terinfeksi menggunakan kultur meristem apikal. Keberhasilan eliminasi SCMV dan Fiji disease virus (FDV), yaitu spesies dari genus Fijivirus, famili Reoviridae, dilaporkan pada tanaman tebu melalui kultur meristem apikal atau tunas samping. Eliminasi Sugarcane yellow leaf virus (SCYLV) menggunakan kultur jaringan juga telah dilaporkan (Reddy dan Sreenivasulu 2011).
Deteksi Virus pada Tanaman Tebu Hasil Kultur
Beberapa metode tersedia untuk melakukan teknik in vitro yang menghasilkan bahan tanaman untuk mengendalikan virus. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) merupakan cara deteksi untuk uji skala besar bahan tanaman yang terinfeksi virus. Beberapa prosedur indirect-ELISA telah digunakan untuk mendeteksi virus tanaman. Prosedur indirect-ELISA menggunakan direct antigen coating (DAC) dengan menambahkan immunoglobulin spesifik virus atau antiserum dan deteksi kompleks antigen-antibodi dengan protein konjugat enzim (Mowat 1985).
Namun, deteksi virus dengan bahan tanaman in vitro membutuhkan metode yang lebih terpercaya dan sensitif. Reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) dapat digunakan untuk mendeteksi virus RNA dalam sampel jaringan yang sangat kecil dengan titer virus yang sangat rendah, seperti yang ditemukan dalam kultur meristem. RT-PCR menggunakan partikel virus immunocapture (IC-RT-PCR), dan lebih sensitif daripada RT-PCR konvensional pada deteksi SStMV(Reddy dan Sreenivasulu 2011).
Teknik Immuno Capture-PCR (IC-PCR) merupakan gabungan sebagian dari teknik ELISA dan PCR yang diharapkan dapat meningkatkan kepekaan deteksi virus. Dengan metode IC-PCR ini, virus yang terperangkap menggunakan antibodi pada teknik ELISA kemudian DNA dilipatgandakan dengan PCR (Megia dan Anceau 1997).
Pentingnya prosedur eliminasi SStMV adalah untuk menyediakan tanaman bebas virus untuk mencegah penularan virus dan kerugian hasil panen, eliminasi virus dari adanya germ-plasma terinfeksi, untuk mencegah masuknya virus atau strain baru dari varietas impor. Literatur menunjukkan tidak terdapat metode untuk mengendalikan SStMV dan menunjukkan bahan tanaman tebu bebas virus menggunakan uji deteksi sensitif.
terimakasih,, sangat membantu saya sebagai bahan tugas kuliah :)
BalasHapusTerima kasih kembali, senang tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Hapus