Baca juga Penyakit Mosaik pada Tanaman Tebu (Saccharum spp.), Eliminasi Virus pada Tanaman Tebu dengan Teknik Kultur Jaringan
Konsentrasi virus dalam eksplan meningkat dengan bertambahnya jarak dari ujung meristem. Kesempatan eliminasi virus bertambah dengan berkurangnya ukuran meristem, dan pada waktu yang sama, kemampuan regenerasi menurun dengan berkurangnya ukuran meristem. Ujung meristem yang berukuran > 2 mm mudah terinfeksi dimana ujung meristem yang lebih pendek (<0,5 mm) tidak mudah regenerasi. Leu (1972) mempelajari eliminasi SCMV dengan mengkultur ujung tunas tebu yang berukuran 3-4 mm. Pada studi ini, ujung meristem berukuran ~1 mm dapat tumbuh dan menghasilkan tanaman tebu bebas SStMV.
Pengamatan Tanaman Tebu Hasil Kultur
Pada awalnya, sebagian besar eksplan (> 70%) menjadi berwarna coklat dan gagal tumbuh, yang menjadi awal kematian. Untuk meningkatkan regenerasi eksplan meristematik tebu, digunakan kombinasi asam askorbat, cystine hydrochloride dan silver nitrate. Setelah pemotongan, ujung meristem tebu mengeluarkan polifenol dari ujung potongan ke media, yang ketika teroksidasi akan merugikan eksplan dan menghambat regenerasi karena nekrosis jaringan. Penggunaan komponen anti-nekrotik dengan aktivitas anti-oksidasi mengurangi aktivitas polifenol.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengendalikan virus dari jaringan tebu terinfeksi. Sebagai contoh, kultur meristem apikal mengendalikan penyakit chlorotic streak dari tanaman tebu terinfeksi. Di India, upaya lebih awal dilakukan untuk menghasilkan tebu bebas penyakit chlorotic streak dari meristem apikal, tetapi infeksi virus dan eliminasi dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya gejala visual dan deteksi yang tidak sensitif menggunakan tanaman regenerasi. Seringkali tanaman yang tidak menunjukkan gejala penyakit sebenarnya membawa virus.
Walaupun penyebaran SStMV terjadi secara luas di India dan beberapa negara Asia lain, belum ada metode yang dapat dipercaya untuk mengendalikan virus ini. Pada studi ini, ujung meristem apikal tebu tumbuh lebih efisien dibandingkan dengan ujung meristem tunas samping. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan tanaman bebas virus, meristem apikal merupakan eksplan yang lebih cocok daripada meristem tunas samping.
Baca juga Penyakit Mosaik pada Tanaman Tebu (Saccharum spp.), Eliminasi Virus pada Tanaman Tebu dengan Teknik Kultur Jaringan
Deteksi Virus pada Tanaman Tebu Hasil Kultur
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengendalikan virus dari jaringan tebu terinfeksi. Sebagai contoh, kultur meristem apikal mengendalikan penyakit chlorotic streak dari tanaman tebu terinfeksi. Di India, upaya lebih awal dilakukan untuk menghasilkan tebu bebas penyakit chlorotic streak dari meristem apikal, tetapi infeksi virus dan eliminasi dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya gejala visual dan deteksi yang tidak sensitif menggunakan tanaman regenerasi. Seringkali tanaman yang tidak menunjukkan gejala penyakit sebenarnya membawa virus.
Walaupun penyebaran SStMV terjadi secara luas di India dan beberapa negara Asia lain, belum ada metode yang dapat dipercaya untuk mengendalikan virus ini. Pada studi ini, ujung meristem apikal tebu tumbuh lebih efisien dibandingkan dengan ujung meristem tunas samping. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan tanaman bebas virus, meristem apikal merupakan eksplan yang lebih cocok daripada meristem tunas samping.
Baca juga Penyakit Mosaik pada Tanaman Tebu (Saccharum spp.), Eliminasi Virus pada Tanaman Tebu dengan Teknik Kultur Jaringan
Deteksi Virus pada Tanaman Tebu Hasil Kultur
Studi ini menggunakan metode deteksi yang spesifik, sensitif, dan cepat, sementara virus tereliminasi sempurna atau sebagian dari tanaman tebu dari kultur meristem in vitro. Pada studi terakhir, tidak ada tanaman tebu hasil kultur meristem yang menunjukkan positif terinfeksi virus dengan uji biologi. Sensitivitas uji biologi tidak cocok digunakan untuk menguji sampel berjumlah banyak secara bersamaan. Uji biologi dilakukan > 30 hari untuk pengujian hasil dan beberapa faktor biotik dan abiotik seperti kondisi iklim yang berbeda, dan kultivar inang sangat berpengaruh terhadap hasil uji.
DAC-ELISA digunakan secara luas untuk uji skala besar dan deteksi rutin virus tanaman. Semua tanaman tebu regenerasi diuji dengan DAC-ELISA, termasuk yang menunjukkan bebas SStMV. Sensitivitas DAC-ELISA juga kurang sensitif untuk deteksi virus dengan konsentrasi yang sangat rendah dalam jaringan.
Pada studi terakhir, IC-RT-PCR mendeteksi SStMV dalam ~8% total tanaman yang pada awalnya menunjukkan hasil negatif untuk virus ketika diuji dengan uji biologi dan DAC-ELISA. Hal ini menunjukkan sensitivitas tinggi dari IC-RT-PCR dibandingkan uji biologi dan DAC-ELISA. RT-PCR sangat efektif untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi virus RNA serta lebih sensitif daripada teknik serologi. RT-PCR menggunakaan partikel virus immunocapture (IC-RT-PCR) yang dapat mendeteksi titer virus yang sangat rendah dan cocok untuk deteksi virus dalam sampel jaringan tanaman yang sangat kecil dengan sensitivitas sangat tinggi.
Studi ini melaporkan bahwa IC-RT-PCR lebih sensitif daripada RT-PCR konvensional dalam deteksi SStMV. IC-RT-PCR dapat mendeteksi virus dalam ekstrak tanaman teroksidasi dan cara ini tidak membutuhkan isolasi RNA, yang sulit memproses sampel dalam jumlah banyak. PCR multiplex akhir-akhir ini digunakan untuk mendeteksi 3 virus secara bersamaan, termasuk SStMV dalam tebu, dan berguna untuk menumbuhkan tebu dari kultur jaringan.
Kultur ujung meristem in vitro, dalam kombinasinya dengan teknik deteksi molekuler sensitif, berhasil dilakukan sebagai metode yang dapat dipercaya dan cepat untuk menumbuhkan bahan tanaman bebas SStMV, dan dapat digunakan secara komersial juga untuk germplasma.
Baca juga Penyakit Mosaik pada Tanaman Tebu (Saccharum spp.), Eliminasi Virus pada Tanaman Tebu dengan Teknik Kultur Jaringan
DAC-ELISA digunakan secara luas untuk uji skala besar dan deteksi rutin virus tanaman. Semua tanaman tebu regenerasi diuji dengan DAC-ELISA, termasuk yang menunjukkan bebas SStMV. Sensitivitas DAC-ELISA juga kurang sensitif untuk deteksi virus dengan konsentrasi yang sangat rendah dalam jaringan.
Pada studi terakhir, IC-RT-PCR mendeteksi SStMV dalam ~8% total tanaman yang pada awalnya menunjukkan hasil negatif untuk virus ketika diuji dengan uji biologi dan DAC-ELISA. Hal ini menunjukkan sensitivitas tinggi dari IC-RT-PCR dibandingkan uji biologi dan DAC-ELISA. RT-PCR sangat efektif untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi virus RNA serta lebih sensitif daripada teknik serologi. RT-PCR menggunakaan partikel virus immunocapture (IC-RT-PCR) yang dapat mendeteksi titer virus yang sangat rendah dan cocok untuk deteksi virus dalam sampel jaringan tanaman yang sangat kecil dengan sensitivitas sangat tinggi.
Studi ini melaporkan bahwa IC-RT-PCR lebih sensitif daripada RT-PCR konvensional dalam deteksi SStMV. IC-RT-PCR dapat mendeteksi virus dalam ekstrak tanaman teroksidasi dan cara ini tidak membutuhkan isolasi RNA, yang sulit memproses sampel dalam jumlah banyak. PCR multiplex akhir-akhir ini digunakan untuk mendeteksi 3 virus secara bersamaan, termasuk SStMV dalam tebu, dan berguna untuk menumbuhkan tebu dari kultur jaringan.
Kultur ujung meristem in vitro, dalam kombinasinya dengan teknik deteksi molekuler sensitif, berhasil dilakukan sebagai metode yang dapat dipercaya dan cepat untuk menumbuhkan bahan tanaman bebas SStMV, dan dapat digunakan secara komersial juga untuk germplasma.
Baca juga Penyakit Mosaik pada Tanaman Tebu (Saccharum spp.), Eliminasi Virus pada Tanaman Tebu dengan Teknik Kultur Jaringan
0 Response to "Deteksi Sugarcane streak mosaic virus pada Tebu Hasil Kultur Tanaman Terinfeksi"
Posting Komentar